Bengkulu- Harga karet ditingkat petani di Bengkulu, saat ini mulai beranjak naik dari semula Rp 8.000 kini menjadi Rp 12.000/kg. Kenaikan harga karet ini disambut positif para petani di Provinsi Bengkulu.
Keterangan yang dihimpun Harapan Baru News.com di Bengkulu, Senin (15/7/2024) menyebutkan, kenaikan harga komoditas perkebunan di Bengkulu, tidak hanya pada kopi saja, tapi hal yang sama juga terjadi pada karet dan lada.
Bahkan, khusus untuk komoditas biji lada kenaikanya cukup signifikan dari sebelumnya. “Untuk saat ini, petani sangat bersyukur karena tidak hanya harga kopi yang naik, tapi harga karet dan lada ditingkat petani juga mengalami hal sama,” kata Syafran (48), warga Bengkulu Utara.
Demikian juga harga buah kelapa sawit (TBS) di Bengkulu juga mengalami kenaikan cukup tinggi mencapai Rp 3.000/kg. Harga beberapa komoditas ini dalam tahun ini mengalami kenaikan yang cukup bagus kecuali harga TBS sudah naik sejak dua tahun lalu.
Kenaikan harga komoditas perkebunan ini tidak hanya dapat meningkatkan kesejahteraan para petani di Bengkulu, tapi kenaikan ini juga memicu gairah petani untuk mengurus kebunnya. Hal ini terjadi karena pendapatan dari hasil panen menjanjikan setelah dikurang ongkos produksi.
“Sekarang petani perkebunan di Bengkulu sangat bergairah mengurus kebunya, karena hasil panen sangat menjanjikan baik untuk kopi, karet, lada maupun kelapa sawit,” ujar Sunarto, petani lainnya.
Ia mengaku sejak harga karet naik Rp 12.000-Rp 15.000/kg, pendapatanya dari hasil panen karet lumayan besar Rp 1 juta per minggu dari sebelumnya paling banter Rp 600.000/kg.
Petani yang mengaku memiliki 2 hektare kebun karet ini mengatakan, sejak harga karet meningkat dirinya kembali bergairah menyadap pohon karetnya setiap hari. Alasanya, hasil panen karet menjanjikan satu minggu bisa Rp 1 juta setelah dikurang biaya produksi.
Selain itu, sejak harga karet meningkat Sunarto mengaku bisa membeli pupuk untuk memupuk tanaman karet, sehingga hasil produk meningkat dari sebelumnya. “Ini semua bisa saya lakukan karena harga karet meningkat,” ujarnya.
Dulu, katanya boro-boro membeli pupuk untuk memupuk karet agar produksinya meningkat, makan saja tidak cukup dari hasil panen karet dalam seminggu. “Sekarang saya bisa berpenghasilan 1 juta permiinggu dari hasil menyadap karet dan sisa uang hasil panen bisa digunakan pupuk,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan, Jumadi (54), petani sawit di Bengkulu Utara. Ia mengatakan, sejak harga TBS stabil dua tahun ini, tanaman kelapa sawit diberukan pemupukan yang teratur, sehingga hasil panen terus meningkat.
Hal ini terjadi karena uang hasil panen masih bisa disisihkan uang membeli pupuk. “Dulu ketika harga TBS sawit hanya Rp 900/kg, makan saja tidak cukup, apalagi membeli pupuk jauh sekali tidak mampu,” ujarnya.
Namun, setelah harga TBS sawit di Bengkulu Utara stabil, tamana kelapa sawit seluas 2 hektare diberikan pupuk yang cukup sesuai jadwal 6 bulan sekali. Dengan pemupukan yang teratur itu, hasil panen TBS terus meningkat.
“Lumayan Mas, pendapatan setiap panen dua minggu sekali berkisar Rp 3,5 juta bersih/hektare. Sebulan pendapatan hasil panen kebun sawit saya rata-rata Rp 6,5 juta/bulan. Pendapatan ini bisa saya sisihkan untuk beli pupuk,” ujarnya.
Apa yang diungkapkan Jumadi dan Sunarto juga dikatakan Syafran, petani karet dan Zahir (46), petani kopi asal Bengkulu. Mereka berharap harga komoditas perkebunan seperti karet, kopi, kelapa sawit dan lada terus melonjak tanik seperti yang terjadi sekarang ini.
Dengan demikian, kesejahteraan petani akan meningkat dan hasil panen tanaman mereka bisa mengimbangi harga bahan pangan yang terus meningkat belakangan ini.
“Kami berharap harga komoditas perkebunan terus beranjak naik dan paling tidak harganya bertahan seperti sekarang ini, maka pendapatan hasil panen petani masih dapat mengimbangi kenaikan harga pangan di Bengkulu,” harap mereka.
Reporter : Lesiana
Editor : M Rareza Rebii Aldo