Putus Mata Rantai Stunting, Anggota DPR-RI Datangi Kampung KB di Lebong

oleh -271 Dilihat
Anggota Komisi IX DPR-RI, Elva Hartati (ketiga dari kiri) menyerahkan bantuan lemari es kepada masyarakat saat mengunjungi Kampung KB Desa Bioa Putiak, Kecamatan Pinang Belapis, Kabupaten Lebong, Bengkulu dalam rangka memutus mata rantai stuntingi di kabupaten pemekaran dari Rejang Lebong ini.(Foto/Idris)
Anggota Komisi IX DPR-RI, Elva Hartati (ketiga dari kiri) menyerahkan bantuan lemari es kepada masyarakat saat mengunjungi Kampung KB Desa Bioa Putiak, Kecamatan Pinang Belapis, Kabupaten Lebong, Bengkulu dalam rangka memutus mata rantai stuntingi di kabupaten pemekaran dari Rejang Lebong ini.(Foto/Idris)

Bengkulu- Dalam upaya mempercepat penurunan prevalensi stunting di Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu, anggota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) dari daerah pemilihan (dapil) Bengkulu, Elva Hartati turun ke desa-desa hingga mendatangi kampung keluarga berkualitas (kampung KB).
di daerah tersebut.

Hal ini dilakukan Elva Hartati dalam rangka mengkampanyekan stunting di tengah masyarakat, khususnya keluarga-keluarga kategori berisiko stunting di salah satu kampung KB. Yang masuk kategori desa terpencil dengan ratusan keluarga berisiko stunting di Kabupaten Lebong. SSGI 2021 menyebutkan, prevalensi stunting di Kabupaten Lebong sebesar 23,3 persen dengan keluarga kategori berisiko stunting mencapai sebanyak 933 keluarga (PK-21).

Anggota Komisi IX DPR-RI, Elva Hartati, pekan ini mengunjungi Bumi Swarang Patang Stumang di Desa Bioa Putiak, Kecamatan Pinang Belapis, Kabupaten Lebong. Kerja sama kemitraan DPR-RI dengan Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tersebut, menggandeng pemerintah daerah setempat dalam rangka kampanyekan penurunan stunting di daerah itu.

Dalam kesempatan tersebut, Elva Hartati mengatakan, saat ini masalah stunting menjadi perhatian utama kita bersama. Stunting disebabkan gizi buruk yang diderita oleh bayi, hingga balita dengan gambaran umum bb bayi tidak ideal dan tinggi badan dibawah rata–rata normal.

Kondisi demikian, perlu diatasi dengan memperhatikan gizi anak, 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) anak sejak dimasa kandungan hingga lahir, kata Elva Hartati saat menyampaikan sambutnnya pada kampanye percepatan penurunan stunting di Desa Bioa Putiah, Rabu, (27/7/2022).

Politisi PDIP ini mengatakan, target penurunan stunting pada 2014 sebesar 14 persen, dan untuk Provinsi Bengkulu sebesar 12,55 persen. Tentu hal ini memerlukan perhatian bersama lintas sektor, terutama dari pemerintah daerah untuk menyukseskan percepatan penurunan stunting yang terjadi di daerah ini.

Penanganan stunting, kata Ketua DPD PDIP Provinsi Bengkulu ini, merupakan komitmen bersama dan tugas semua pihak untuk mencapai target yang ditetapkan menuju keluarga berkualitas dan mandiri.
“Kita semua bertanggungjawab terhadap pemenuhan gizi bagi calon pengantin,ibu hamil,ibu menyusui, serta seluruh anggota keluarga. Demikian pula pejabat daerah harus memberikan berkontribusi terhadap penanganan stunting baik dilevel kabupaten dankota maupun kecamatan hingga desa dan kelurahan, termasuk wilayah terkecil RT/RW,” ujarnya.

Sikap Masa Bodoh

Elva Hartati menambahkan, terhadap kasus yang terjadi di lingkungan hendaknya jangan ada sikap masa bodoh dan pengucilan terhadap keluarga tersebut, tapi dia mengajak agar masyarakat mendampingi keluarga yang mengalami stunting.

“Bagi yang sudah ada kasus stunting, mari kita dampingi bersama, dan jangan sekali-kali dikucilkan, tapi membutuhkan penanganan bersama–sama. “Beri dukungan moril dan materiil. Sama–sama kita dampingi keluarga tersebut,” ajak Elva.

Dalam kunjungan ke Kabupaten Lebong, Elva Hartati menyasar salah satu kampung KB, di Kecamatan Pinang Belapis, karena daerah ini selain lokasi kampung KB juga merupakan daerah terpencil. Namun, tidak kalah penting di desa tersebut, terdapat penduduk dengan kategori berisiko stunting sebanyak 933 keluarga.

Elva menambahkan, ada beberapa langkah dan strategi yang dapat diambil dalam mencegah potensi stunting, di antaranya perlu meningkatkan media usia kawin pertama bagi remaja puteri dan putera, dengan usia idealnya 21 tahun dan 25 tahun.

Untuk itu, dia meminta semua pihak untuk mengkampanyekan pendewasaan usia kawan pertama, sehingga jika memiliki balita akan terhindar dari ancaman terpapar stunting. Hadir dalam kampanye stunting di desa tersebut, antar lain Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bengkulu, Rusman Efendi, Staf Ahli Bidang Pembangunan Ekonomi, dan Keuangan, Fachrurrozi, Plt Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Lebong Jafri Juna.(rs)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.