Bengkulu-Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) kembali menyelenggarakan Webinar Desa Bebas Stunting (De’Best) untuk meningkatkan praktik dan pengasuhan 1000 hari pertama kehidupan (HPK) di desa dan kelurahan, sebagai upaya mendorong pemerintah daerah untuk terus berinovasi dan mencari strategi dalam penanganan stunting.
Desa Sakaian, Kecamatan Lubuk Sandi, Kabupaten Seluma, salah satu desa lokasi fokus (lokus) penanganan stunting di Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu, akan menjadi percontohan.
Dalam dialog webinar yang berlangsung Senin (5/6/2023), Pemerintah Desa Sakaian hadir sebagai salah satu narasumber acara dialog De’Best atau desa/kelurahan bebas stunting untuk berbagi strategi dalam penanganan stunting di tingkat nasional.
Ditunjuknya sebagai pembicara mewakili sejumlah desa di Seluma setelah desa tersebut meraih predikat desa terbaik penanganan stunting pada tahun 2022. Dengan keberhasilannya dalam menurunkan stunting secara signifikan di desanya, Pemerintah desa telah mendukung anggaran yang tercantum dalam dokumen perencanaan program dan anggaran desa/kelurahan serta desa yang memiliki inovasi untuk menjawab permasalahan yang terkait penurunan stunting di desa.
“Berdasarkan hasil review kinerja tim percepatan penurunan stunting (TPPS) melalui minilokakarya (minilok) melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Seluma 2022, menetapkan tiga desa terbaik, pada kegiatan praktik baik pencegahan stunting, ” kata Wakil Bupati Seluma Gustianto, saat menerima kunjungan kerja Pelaksana tugas (Plt) Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
BKKBN) Provinsi Bengkulu. M Iqbal Apriansyah.
Ketiga desa tersebut, yakni Desa Sakaian Kecamatan Lubuk Sandi, Desa Lubuk Resam Kecamatan Seluma Utara dan Desa Lunjuk Kecamatan Seluma Barat. Atas keberhasilan desa tersebut maka ditunjuk mewakili desa-desa di Seluma untuk menyampaikan inovasi dan strategi dalam penanganan stunting
Dari minilok tersebut, Desa Sakaian dinyatakan “Zero Stunting ” melalui beberapa inovasi yang telah dilakukan, ” kata Gustianto. Pada 2022, di Kabupaten Seluma, Bengkulu, terdapat sebanyak 202 desa dan kelurahan yang tersebar di 14 kecamatan. Di dalamnya ditetapkan sebanyak 35 desa sebagai lokasi fokus stunting.
Inovasi desa telah disampaikan oleh Kepala Desa Sakaian Suparmanto, diantaranya pengembangan program Kader Cermat Peduli Asi atau dikenal Kecapi. Serta pengalokasian Dana Desa (DD) untuk kegiatan penanganan stunting ditingkat desa, sebut Wabup.
Ditambahkan Gustianto, desa yang telah berhasil mengembangkan inovasi penanganan stunting agar memberikan contoh bagi desa lain dalam pembangunan kependudukan secara umum dan khususnya dalam penanganan stunting. Dengan hadirnya desa yang menyuarakan inovasi sebagai strategi nasional itu diharapkan dapat menekan angka kasus stunting di Seluma serta menyasar target pada tahun mendatang, harap Wabup Gustianto selaku Ketua TPPS kabupaten Seluma.
Kasus stunting atau tubuh kerdil di Kabupaten Seluma masih terbilang tinggi. Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 sebesar 22,1 persen. Sementara untuk tahun ini (2023) target pemerintah menurunkan kasus stunting hingga pada angka 17,52 pesen.
Sementara itu, Plt Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bengkulu M. Iqbal Apriansyah menambahkan bahwa pemerintah dengan berbagai upaya dan strategi dalam percepatan penurunan stunting serius dalam menangani hal tersebut.
Untuk mengejar waktu yang hanya 1,5 tahun lagi dalam penanganan program prioritas ini diperlukan beberapa aksi nyata sebagai strategi jangka pendek yaitu intervensi spesifik dengan memberikan asupan gizi bagi baduta. “Selain intervensi sensitif dengan aksi pencegahan dari sektor hulu guna menekan potensi stunting baru juga diperlukan intervensi spesifik kepada keluarga berisiko stunting,” ujar Iqbal.
Dikatakan Iqbal, webinar praktik baik desa bebas stunting itu dihadiri Keynote Speech Ny. Rahma Dudung Abdurachman serta menghadirkan sebanyak empat orang Tokoh Pemerintahan desa yakni Suparmanto Kepala Desa Sakaian Kabupaten Seluma, Bengkulu, Eddy Dani Kepala Desa Cendil, Belitung Timur, Provinsi Bengka, I Dewa Made Widarma Kepala Desa Tegal Mengkeb, Tabanan Bali dan Rokhmat Kepala Pekon Ambarawa Timur, Kabupaten Pringsewu, Lampung.
DeBest, kata Iqbal, meliputi tiga kegiatan pokok diantaranya, adanya komitmen pemerintah desa kelurahan dan adanya aksi bersama untuk memenuhi layanan dalam rangka penyiapan 1000 Hari Pertama Kehidupan. Dan penerbitan komposisi artikel praktik baik desa/kelurahan bebas stunting dalam 1000 HPK.
Tujuan hadirnya desa bebas stunting adalah mengedukasi masyarakat desa agar dapat berpraktik baik dalam pengasuhan untuk memastikan baduta lepas dan terhindar dari risiko stunting. Sehingga kedepan mampu menurunkan prevalensi stunting hingga menyasar target 14 persen pada 2024 mendatang..”De’Best bertujuan menurunkan angka stunting secara signifikan mulai dari tingkat desa. Dan lebih penting lagi agar tumbuhnya komitmen bersama dalam program pengasuhan 1000 hari pertama kehidupan (HPK),” ujarnya. (irs)