Unib Bantu Tingkatkan Kualitas Pembesaran Tukik di Bengkulu Tengah

oleh -39 Dilihat
Dosen dan mahasiswa Univeristas Bengkulu (Unib) melepas sejumlah anak tukik ke laut lepas agar dapat berkembang biak, pekan lalu.(Foto-Humas Unib)
Dosen dan mahasiswa Univeristas Bengkulu (Unib) melepas sejumlah anak tukik ke laut lepas agar dapat berkembang biak, pekan lalu.(Foto-Humas Unib)

Bengkulu- Universitas Bengkulu (Unib) bekerja sama dengan Kelompok Pelestarian Penyu Alun Utara di Kabupaten Bengkulu Tengah meningkatkan kualitas penangkaran dan pembesaran tukik alias anak penyu.

Hal ini dilakukan bertujuan mengurangi kematian tukik yang terjadi akibat masalah kualitas air di kolam pembesaran. Unib telah lama bekerja sama dengan Kelompok Penangkaran Alun Utara, dan mahasiswa kami juga melakukan penelitian di sana.

“Baru-baru ini kami menemukan bahwa banyak tukik yang mati setelah menetas, dan masalah utamanya adalah kondisi kolam pembesaran,” kata Ketua Tim Program Pengabdian Kepada Masyarakat Berbasis Riset LPPM Universitas Bengkulu, Yar Johan kepada wartawan di Bengkulu, Minggu (1/9/2024).

Ia menjelaskan, kematian tukik disebabkan oleh buruknya kualitas dan sirkulasi air di kolam, yang tidak sesuai dengan kondisi alami yang dibutuhkan oleh tukik sebelum dilepaskan ke laut.

“Baru-baru ini sekitar 200 tukik mati. Setelah dicek, kami menemukan bahwa sirkulasi airnya tidak memadai. Dalam budidaya biota, kualitas air dan pakan adalah yang paling penting. Karena itu, kami membawa teknologi filter dan peralatan pengukuran kualitas air untuk memperbaiki kondisi kolam,” tambahnya.

Dengan penerapan teknologi baru ini, diharapkan angka kematian tukik bisa ditekan, sehingga lebih banyak tukik yang dapat bertahan hingga dilepaskan kembali ke habitat aslinya. Selain meningkatkan kualitas penangkaran penyu, Unib melalui LPPM juga fokus pada pengelolaan sampah organik di pesisir Bengkulu.

Agustin Zarkani, anggota tim pengabdian kepada masyarakat, menjelaskan bahwa sampah laut, khususnya sampah plastik dan organik, menjadi ancaman serius bagi penyu, karena sering kali tertelan oleh satwa langka tersebut.

Dalam upaya mengatasi masalah ini, tim pengabdian mengembangkan metode pengolahan sampah organik dengan melibatkan masyarakat pesisir, khususnya kaum perempuan.

“Salah satu solusi yang kami tawarkan adalah menggunakan maggot, serangga yang efektif mengurai sampah organik dan ramah lingkungan. Sampah yang diurai maggot bisa diubah menjadi pakan ikan yang bernilai jual bagi masyarakat,” kata Agustin.

Hal senada diungkapkan Nesna Agustriana, Ia menekankan pentingnya membangun kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian habitat penyu dan satwa langka lainnya. Edukasi tentang pentingnya pelestarian lingkungan ini tidak hanya ditujukan untuk orang dewasa, tetapi juga anak-anak usia dini.

“Kami mengajak anak-anak pendidikan usia dini untuk mulai peduli terhadap alam. Menanamkan kesadaran sejak dini lebih mudah dan berdampak positif dalam jangka panjang, terutama untuk melindungi satwa dan flora yang dilindungi,” ujarnya.

Ia menambahkan, dengan langkah-langkah ini, diharapkan kesadaran masyarakat tentang pelestarian lingkungan dapat meningkat, sehingga kelestarian habitat penyu dan satwa lainnya di Bengkulu dapat terjaga dengan baik.

Reporter    : Usmin

Editor         : M Rareza Rebi Aldo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.