MEMBANGUN DARI BAWAH

oleh -74 Dilihat
Firmansyah (Foto/Istimewa)
Firmansyah (Foto/Istimewa)

Oleh: Firmansyah

“MEMBANGUN dari Bawah” sebuah kalimat terucap dari mulut Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bengkulu Tengah, Rachmat Riyanto, ketika bertemu saya sekitar setahun lalu. Saya menyetujui membangunan dari bawah artinya melihat, mendengar, merasakan apa yang dialami rakyat harus menjadi acuan dalam memutuskan kebijakan dalam pembangunan.

Saat itu, saya mengenal sosok Rachmat Riyanto sebatas kabar angin, saya tidak pernah bertemu langsung. Saya mengenalnya melalui media massa, cerita para tokoh, cerita masyarakat dan lainnya. Singkatnya, saya mengetahui Rachmat Riyanto sebagai birokrat terpandang di tingkat Kabupaten Bengkulu Tengah dan Provinsi Bengkulu, serta “Si Pembangun Jalan”.

Rerata pejabat di seluruh kabupaten di Provinsi Bengkulu mengenali Rachmat Riyanto. Rerata rakyat Bengkulu Tengah mengenal Rachmat Riyanto sebagai Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) dari masa ke masa yang kerjanya membangun jalan.

Maka layak saya sematkan julukan untuknya “Si Pembangun Jalan”. Pertemuan pertama saya sekitar setahun lalu itu dengan Rachmat Riyanto tak sengaja dalam sebuah acara tidak resmi.

Ia mengenakan celana jins dipadu sepatu kulit semata kaki, kemeja lengen pendek, rambut tertata, bersih, karismatik dan muda. Kesan fisik pertama berjumpa saya mengagumi, apakah saat nanti saya seusia dia akan seperti ini, keren dan cerah? Tak adil kalau hanya fisik saya nilai.

Saya mempelajari gerak tubuh. Rachmat Riyanto, saat berbicara dengan seseorang tak pernah memalingkan wajah, ia berusaha menjaga kontak mata dengan lawan bicara, ini menandakan sikap respek. Ia berbicara pelan sesekali berbicara dicampur dengan tawa lepas.

Hal ini dilakukan pada semua kalangan tua, muda, rakyat biasa, para pejabat hingga politisi. Adab berbicara ia sangat tahu persis. Ia tak pernah bicara menggurui. Lalu tibalah saat ia diminta untuk berpidato pada orang banyak, mulai dari pembukaan, isi serta penutup tidak bertele-tele, lugas.

Ini menandakan Tingkat Pendidikan yang mumpuni, setelah saya cek ia merupakan alumni Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) tahun 1998. Masuk sekolah ini tidak mudah. Pendidikan terakhir S2 di Administrasi Publik dari Universitas Bengkulu (Unib).

Kembali ke isi pidato, beliau menyebutkan bahwa prinsip dasar Pembangunan adalah menyerap keinginan masyarakat lapisan bawah. Lalu saya teringat “Membangun dari Bawah” kalimat pamungkasnya. Belakangan “Membangun dari Bawah” menjadi tagline kampanyenya di Pilkada Bengkulu Tengah 2024.

Rachmat Riyanto berpasangan dengan Tarmizi politikus golkar kawakan, gaul, disukai rakyat yang juga tak kalah berkelas dengan Rachmat Riyanto. Pasangan ini setidaknya menekankan lima program prioritas untuk Bengkulu Tengah.

Pertama jaminan kesehatan gratis, menyediakan rumah sakit khusus saraf dan stroke, pembangunan jalan mulus, pembagian seragam sekolah gratis, menyediakan pupuk gratis serta wajah Ibukota modern di Kabupaten Bengkulu Tengah.

Kelima program prioritas tersebut memiliki banyak turunan lainnya yang diangkat berdasarkan aspirasi warga Bengkulu Tengah. Tak mudah tentunya mewujudkan lima program prioritas tersebut.

Pola komunikasi dan koordinasi pasangan ini bila terpilih dengan rakyat, partai politik, DPRD, kepala daerah lain, gubernur, menteri hingga presiden tentu menjadi penting. Pandangan subjektif saya pasangan ini akan mampu menembus tingkatan komunikasi politik dan organisasi yang sangat dibutuhkan dalam membangun Bengkulu Tengah dari Bawah.

Penulis adalah Sekretaris Jendral (Sekjen) Panji Research Consulting (PRC) dan Pemerhati Komuninasi Politik

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.