Atasi Stunting, Pemkot Bengkulu Launching Dapur Sehat

oleh -329 Dilihat
Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KS-PK) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat, Nopian Andusti memberikan makanan asupan gizi tinggi kepada seorang balita pada acara lauching dapur sehat (Dashat) di Kota Bengkulu.(Foto HB/Idris)
Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KS-PK) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat, Nopian Andusti memberikan makanan asupan gizi tinggi kepada seorang balita pada acara lauching dapur sehat (Dashat) di Kota Bengkulu.(Foto HB/Idris)

Bengkulu- Dalam upaya pemberdayaan kelompok masyarakat di wilayah kampung keluarga berkualitas (KB), Pemerintah Kota Bengkulu, Jumat (14/7/2023), meresmikan gerakan Dapur Sehat (Dashat) untuk mempercepat penurunan stunting di kota ini.

Acara launching Dashat dihadiri Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bengkulu, Arif Gunadi, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Kota Bengkulu, Dewi Dharma, Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KS-PK) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat, Nopian Andusti, Pelaksana tugas (Plt) Kepala Perwakilan BKKBN Bengkulu, M.Iqbal Apriansyarah, bersama sejumlah pejabat di lingkup Pemkot Bengkulu.

Dashat merupakan kegiatan pelatihan untuk membuat makanan bagi ibu hamil dan balita dengan bahan pangan lokal yang dapat ditindaklanjuti secara kontinu oleh pemerintah daerah melalui dinas teknis pencegahan stunting serta tim percepatan penurunan stunting hingga tingkat desa/kelurahan. Dengan begitu pencegahan stunting dapat dilakukan secara bergotong royong oleh banyak pihak.

Sekda Kota Bengkulu, Arif Gunadi melalui Kadis DP3APPKB, Dewi Dharma mengatakan, Dashat merupakan salah satu strategi nasional dalam hal percepatan penurunan stunting melalui peningkatan kegiatan pendampingan keluarga, bertujuan untuk mencapai target prevalensi stunting nasional sebesar 14 persen, dan Provinsi Bengkulu sebesar 12,55 persen pada tahun 2024, khususnya Kota Bengkulu dapat mencapai angka 9 persen.

Dalam kerangka pembangunan kualitas sumber daya manusia, permasalahan stunting mempunyai dampak yang sangat merugikan baik dari sisi kesehatan maupun dari sisi produktifitas ekonomi dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Hasil survey status gizi balita indonesia (ssgbi) yang dirilis oleh kementerian kesehatan republik indonesia, pada tahun 2023 prevalensi stunting kota bengkulu menurun signifikan menjadi 12,9 persen dari 22,1 persen.

Dalam pelaksanaan percepatan penurunan stunting setiap upaya yang mencakup intervensi spesifik dan intervensi sensitif berupa pemberian makanan yang berasal dari pangan lokal dengan mekanisme pemberdayaan masyarakat dalam bentuk kegiatan Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat) di kampung keluarga berkualitas.

Peluncuran Dashat sebagai langkah awal pelaksanaan kegiatan Dashat di kampung keluarga berkualitas yang bertujuan agar pengurus kampung keluarga berkualitas paham tentang konsep Dashat, mendorong peran serta masyarakat dalam upaya penurunan stunting di tingkat kelurahan, mendorong munculnya kelompok usaha keluarga/masyarakat berkelanjutan di tingkat lokal dengan tetap memprioritaskan tujuan mendukung penanganan dan pencegahan stunting, serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

Ia berharap agar kedepan, kelompok kampung keluarga berkualitas Kelurahan Jembatan Kecil dapat menjadi contoh pelaksanaan Dashat yang baik dan selanjutnya dapat diterapkan di seluruh kampung keluarga berkualitas lainnya di Kota Bengkulu.

Dewi menambahkan, Kota Bengkulu terdapat 67 kelurahan dan sembilan kecamatan. Pada 2022 kampung KB di Bengkulu baru terbentuk sebanyak 18 kampung KB dan 11 diantaranya telah kembangkan progam Dashat. Dikembangkannya Dashata bertujuan agar pengelola Kampung KB yang ada dapat memahami konsep kampung KB dan manfaat Dashat bagi keluarga berisiko stunting.

Deputi KSPK

Deputi KS-PK BKKBN RI Nopian Andusti, menyebutkan target penurunan prevalensi stunting Kota Bengkulu pada 2022 adalah 18,63 persen, dengan capaian prevalensi stunting 12,9 persen. “Kami mengapresiasi penurunan stunting yang cukup signifikan di Kota Bengkulu. Pembelajaran baik untuk mencapai kondisi tersebut perlu dibagikan kepada kabupaten lain di Provinsi Bengkulu,” mantan Sekda Provinsi Bengkulu ini.

Pada Juli-September 2023 pengukuran prevalensi stunting di seluruh wilayah provinsi dan kabupaten/kota akan dilaksanakan melalui survei kesehatan indonesia (SKI) untuk mengetahui capaian prevalensi stunting tahun 2023 Semoga Kota Bengkulu pada tahun 2023 termasuk kabupaten yang berhasil melaksanakan 8 aksi konvergensi yang berdampak pada percepatan penurunan stunting yang ditunjukkan oleh penurunan angka prevalensi stunting yang cukup berarti menuju zero stunting di Kota Bengkulu.

Masih Nopian, terdapat beberapa sumber data yang dapat dimanfaatkan untuk perencanaan dan penggarapan percepatan penurunan stunting baik dari pendataan keluarga Tahun 2021, Data SSGI, Data EPPGBM serta data stunting lainnya. Masalah data bukanlah hal yang perlu dipertentangkan namun penggunaannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan dalam upaya pencegahan stunting dan percepatan penurunan stunting, pinta Nopian.

Masyarakat desa/kelurahan memiliki modal sosial sehingga kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk mengatasi masalah stunting di desa/kelurahan dapat dilakukan oleh masyarakat setempat. Bantuan pemerintah dan kegiatan pemerintah daerah sangat terbatas jumlahnya sehingga lintas sektor dan lintas bidang harus melakukan pelaksanaan percepatan penurunan stunting dan dashat di tingkat desa menggunakan pendekatan konvergensi dan partisipatif.

Dikatakan Nopian, terdapat tiga model fokus pendekatan pengelolaan Dashat, yaitu pendekatan model sosial, komersil, campuran komersil dan sosial dimana penerapan model DASHAT tersebut ditentukan dengan memperhatikan jumlah kasus stunting di desa dan kelurahan, tingkat ekonomi masyarakat desa dan ketersediaan pangan lokal bergizi seimbang di desa.

Pelaksanaan Dashat merupakan integrasi kegiatan sosial dan wirausaha untuk dapat mengatasi masalah yang ada di masyarakat. Unsur sosial berupa pemberian makanan sehat dan bergizi seimbang bagi sasaran keluarga beresiko stunting terutama keluarga kurang mampu. Oleh karena itu konsep Dashat dapat dikatakan mengunakan pendekatan sosiopreneurship (kewirausahaan sosial), menimbulkan semangat berbagi / kesetiakawanan sosial untuk kemaslahatan bersama, peduli sesama, diharapkan akan muncul perubahan pola pikir sosial (mindset sosial) di masyarakat untuk saling membantu dan berdaya.

Pelaksanaan Dashat menggabungkan tujuan untuk memastikan pemenuhan gizi kelompok target layanan dengan tujuan pemberdayaan ekonomi keluarga / masyarakat sehingga terdapat pengembangan kelompok ketahanan masyarakat berupa Dashat yang berkelanjutan di kampung keluarga berkualitas.

Pada kesempatan ini perlu kami sampaikan juga bahwa pemberian ATTG oleh BKKBN kepada kelompok UPPKA di kampung keluarga berkualitas untuk menunjang kewirausahaan di desa/kelurahan dan percepatan penurunan stunting di kampung KB. “Mari kita kawal bersama pemanfaatannya untuk kepentingan kegiatan pemberdayaan kelompok masyarakat di kampung keluarga berkualitas”. demikian Nopian.(irs)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.