Bengkulu-Berbagai cara dilakukan pemerintah untuk menekan kasus stunting atau gagal tumbuh di Provinsi Bengkulu, salah satunya terus mengencarkan kegiatan sosialisasi perubahan perilaku bagi keluarga atau masyarakat.
Pemkot Bengkulu sangat serius menangani kasus stunting guna mewujudkan generasi berkualitas masa mendatang sebagai penerus pembangunan berkelanjutan.
Hal tersebut diungkapkan Asisten III Sekda Kota Bengkulu, Tony Elfian saat menyampaikan sambutannya pada kampanye percepatan penurunan stunting bersama mitra anggota Komisi IX DPR-RI.
“Kasus stunting disebabkan beberapa faktor di antaranya kekurangan gizi, salah pola pengasuhan serta lingkungan tempat kurang sehat. Karena itu, Untuk menekan atau menghindari potensi stunting perlu dilakukan komunikasi perubahan perilaku,” kata Tony Elfian, di Bengkulu, Rabu, (10/8/2022)
Kampnye penurunan stunting di Kelurahan Rawah Makmur, Kota Bengkulu tersebut, dihadiri aggota Komisi IX DPR-RI, Elva Hartati, Koordinator Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KB-KR) Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bengkulu, Zainin dan beberapa pejabat di lingkungan Pemkot Bengkulu.
Komunikasi perubahan perilaku menurut Tony adalah suatu model pendekatan sistematis dan interaktif, yang bertujuan untuk mempengaruhi dan mengubah perilaku spesifik suatu kelompok sasaran guna membagun perilaku positif sesuai dengan konteks lokal, sehingga mampu mendukung penyelesaian sebuah masalah.
Perubahan perilaku memiliki tujuan yang spesifik dan bervariasi antar setiap kelompok, dan dilakukan secara terus menerus dengan menginventarisir kelompok sasaran. Kelompok primer, sekunder dan kelompok tersier. Kelompok primer seperti, ibu hamil, ibu menyusui, kelompok baduta dan balita serta tenaga pendamping.
Kelompok tersier adalah pihak-pihak yang terlibat sebagai lingkungan pendukung bagi upaya percepatan pencegahan stunting, terdapat pengambil kebijakan/keputusan, baik di tingkat nasional maupun tingkat provinsi, kabupaten, kota, dan desa. Organisasi Perangkat Daerah (OPD), dunia usaha dan media massa.
Sementara kelompok sekunder adalah kelompok yang berpotensi untuk melahirkan, mencegah, dan mengoreksi anak stunting di masa mendatang dan kelompok penyedia layanan kesehatan seperti, wanita usia subur (WUS), remaja, lingkungan pengasuh anak terdekat (kakek, nenek, ayah), pemuka masyarakat dan pemuka agama.(rs/min)