Bengkulu-Program Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS) masih perlu disosialisasikan kembali ditengah masyarakat agar memahami peran, tugas dan fungsi, khususnya bagi para tokoh yang menyandang status sebagai pengasuh anak stunting.
“Agar kegiatan pengasuhan dapat berjalan sesuai dengan harapan untuk mencegah berkembangnya potensi stunting dari sektor hulu, maka program BAAS perlu disosialisasikan kembali” kata Wakil Bupati Seluma Gustianto saat menerima kunjungan kerja unsur pimpinan Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pekan lalu.
Hadir dalam kunjungan kerja tersebut, antara lain Plt Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bengkulu, Zainin dan Sekretaris BKKBN Bengkulu Nesianto.
Sosialisasi yang memuat peran dan fungsi BAAS, salah satu tugasnya adalah memberikan bantuan makanan agar gizi terpenuhi bagi keluarga berisiko tinggi stunting. Hal ini perlu diketahui oleh para bapak asuh stunting, dimana selama ini masih simpang siur terkait pemahaman tugasnya.
Di Kabupaten Seluma, orang tua asuh anak stunting terdapat sebanyak empat orang yang telah dikukuhkan pada tahun lalu. Bapak asuh di Seluma adalah Wakil Bupati Seluma, Sekretaris Daerah Kabupaten Seluma H. Hadianto, Kepala Dinas DP3APPKB Seluma, Suardi, dan Komandan Kodim 0425 Seluma, Letkol Inf Syafrinaldi.
Plt Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bengkulu, kepada pewarta menyebutkan bahwa program BAAS atau orang tua asuh bagi keluarga beresiko stunting diperlukan untuk mencegah potensi lahirnya anak kekurangan gizi yang berdampak pada tubuh kerdil.
Program pengasuhan anak stunting merupakan upaya mencegah kekurangan gizi dari sektor hulu. Program yang menyasar keluarga berpotensi seperti calon pengantin (catin), ibu hamil (bumil) dan bayi dua tahun (baduta), kata Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bengkulu.
“Keluarga sasaran orang tua asuh stunting itu, mulai dari remaja catin, ibu hamil dan anak bayi dibawah dua tahun, sebab jika anak sudah berusia di atas dua tahun tidak dapat diintervensi lagi, idealnya pengasuhan dimulai sejak dalam kandungan, dimana pengasuhan 1000 hari pertama kehidupan (HPK)”.
Pola asuh yang kurang efektif juga menjadi salah satu penyebab stunting pada anak. Pola asuh di sini berkaitan dengan perilaku dan praktik pemberian makanan kepada anak. Bila orang tua tidak memberikan asupan gizi yang baik, maka anak bisa mengalami stunting.
Bengkulu 31 Orang
Di Provinsi Bengkulu jumlah BAAS sebanyak 31 orang yang terdapat di Kabupaten Kaur, Lebong masing-masing sebanyak sembilan orang tokoh pemerintah seperti wakil bupati, Mukomuko satu orang, Kabupaten Seluma empat bapak asuh, Kota Bengkulu terdapat dua bapak asuh dan enam orang pejabat di lingkup BKKBN Bengkulu sebagai bapak asuh stunting.
Peran BAAS kata Zainin, memberikan bantuan gizi kepada keluarga sasaran selama enam bulan. Bantuan tersebut dapat berupa uang atau makanan tambahan bergizi, seperti bahan protein hewani dan nabati, seperti telur, daging, sayur-sayuran dan ikan, tempe dan tahu. “Ja
di, bapak asuh dituntut kepeduliannya terhadap masyarakat sekitar, khusunya keluarga yang berpotensi berisiko untuk membantu pemenuhan asupan gizi,” ujarnya.
Dijelaskan, protein hewani penting untuk mencegah stunting karena mengandung asam amino esensial yang lengkap dan berkualitas tinggi. Asam amino esensial adalah asam amino yang tidak dapat diproduksi tubuh sendiri sehingga sepenuhnya harus didapatkan dari makanan.
Zainin menambahkan, potensi stunting disebabkan oleh beberapa faktor yang tidak hanya akibat kekurangan gizi. Rumah tidak layak huni, tidak memiliki jamban yang sehat, air minum utama yang tidak sehat, semua itu disebut lingkungan tidak sehat, ujar Zainin. (irs)