Peserta KB Aktif di Provinsi Bengkulu 253.141 Akseptor

oleh -26 Dilihat
Pilsalah satu alat kontrasepsi yang banyak digunakan peserta KB Aktif di Bengkulu.(Foto : Humas BKKBN Bengkulu)
Pilsalah satu alat kontrasepsi yang banyak digunakan peserta KB Aktif di Bengkulu.(Foto : Humas BKKBN Bengkulu)

Bengkulu- Ketua Tim Kerja 7 Perwakilan BKKBN Provinsi Bengkulu, Zainin mengatakan, peserta KB aktif di Provinsi Bengkulu, hingga April 2024 lalu tercatat sebanyak 253.141 akseptor.

“Data yang ada sampai April 2024 lalu, peserta KB Aktif di Bengkulu tercatat sebanyak 253.141 orang, tersebar di 10 kabupaten dan kota di provinsi ini. Mereka menggunakan berbagai jenis alat kontra sepsi,” kata Zainin, di Bengkulu, Jumat (19/7/2024).

Dari ratusan ribu peserta KB Aktif itu, katanya pengguna alat kontrasepsi hormonal jenis pil sebanyak 32.988 peserta, suntik mencapai 151.858 akseptor dan implant sebanyak 39.835 pengguna.

Sedangkan peserta KB dengan jenis non hormonal hanyak sebanyak 28.640 akseptor.Pengguna kondom sebanyak 11.043, MOP hanya 619 akseptor, MOW sebanyak 7.224 dan IUD terdapat 9.574 peserta.

Ia mengatakan, ada dua jenis kontrasepsi modern yaitu hormonal dan non hormonal. Yang semua digunakan untuk mengatur jarak kehamilan ideal bagi pasangan usia subur (PUS).

KB Hormonal seperti pil, suntik dan implant. KB non hormonal terdapat kondom, intera uterine device (IUD). KB hormonal dianjurkan agar tidak digunakan dalam waktu lama. Sebaiknya segeralah untuk berganti cara ke non hormonal seperti medis operatif wanita (MOW) atau yang dikenal dengan tubektomi dan medis operatif pria (MOP) atau vasektomi dan IUD yang dikenal juga dengan istilah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).

Selain dapat meminimalisir dari dampaknya, juga akan menjaga agar tidak terjadinya putus pakai kontrasepsi. Di sinilah dituntut peran tenaga penyuluh KB meningkatkan pemahaman masyarakat/PUS. Sehingga kualitas program KB dapat tumbuh.

Pengelola rumah konsultasi tenaga konselor pada pusat pelayanan keluarga sejahtera (Satyagatra) BKKBN Bengkulu Rahmi Eka Mardiansih menyebutkan, kontrasepsi hormonal pil,suntik ideal penggunaannya tidak melebihi dari lima tahun.

Untuk penggunaan implant tidak melebihi dua periode atau enam tahun, dan itupun mestinya jedah satu hingga dua bulan untuk menetralisir hormon.

Menjawab pertanyaan kenapa peserta KB hormonal tidak dianjurkan dalam waktu yang lama, ia mengatakan, pasalnya dapat berdampak pada kesehatan peserta dalam jangka panjang dan pendek. Dampak jangka pendeknya, berpengaruh berat badan, gangguan siklus menstruasi hingga mengalami mual, muntah, pusing, dan sakit kepala.

Sedangkan untuk jangka panjang bisa berdampak pada kesehatan bagi pengguna, yakni menopause dini dibawah usia 50 tahun, serta dapat berisiko kanker yang berhubungan ke rahim,” tambah Rahmi.

Alat kontrasepsi paling aman digunakan, katanya kontrasepsi non hormonal dengan metode jangka panjang seperti IUD atau AKDR karena na tidak berdampak pada ASI. “Kontrasepsi ini mencegah kehamilan dalam rentang waktu sampai 10 tahun, dan bisa dengan mudah dilepas jika ingin memiliki anak lagi,” ujarnya.

Reporter :    Lesiana

Editor :        M Rareza Rabi Aldo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.