Bengkulu- Harga cabai merah kerinting di Bengkulu, saat ini masih tinggi dan bertahan dikisaran Rp 100.000/kg. Tingginya harga bahan baku sambal ini sangat dikeluhkan masyarakat, terutama ibu rumah tangga.
“Saya heran Mas, kok harga cabai panjang keriting merah di Bengkulu, tidak turun-turun. Bahkan, terus bergerak naik. Padahal, stoknya di pasar-pasar normal,” kata Hasti (35), salah seorang ibu rumah tangga kepada Harapan Baru News.com, di Bengkulu, Senin (25/7/2022).
Ia mengatakan, melambungnya harga cabai di Bengkulu, sekarang ini tidak hanya dikeluhkan ibu rumah tangga saja, tapi hal serupa juga dikeluhkan para pedagang UMKM, seperti pedagang bakso, mie pangsit, rumah makan, restoran dan usaha lainnya yang banyak membutuhkan bahan baku cabai.
Kenaikan harga cabai sekarang membuat keuntungan dari pedagang bakso, mie pangsit, rumah makan dan restoran berkurang, karena tersedot untuk membeli cabai. Jika selama ini dalam sehari mereka menghabiskan 2 kg cabai, maka biaya yang harus dikeluarkan Rp 200.000.
Padahal, sebelumnya paling tinggi modal dikeluarkan untuk membeli 2 kg cabai Rp 50.000-Rp 60.000, tapi sejak harga cabai meroket pengeluaran menjadi Rp 200.000, sehingga keuntungan tersedot sebesar Rp 140.000/hari.
Meski demikian, hal ini terpaksa dilakukan karena bakso dan mie pangsit tanpa cabai tidak sedap. “Jadi, meski harga cabai melambung tetap dibeli. Hanya saja penggunaan cabai dikurangi dari biasanya,” kata Tugiman (36), pedagang bakso.
Hal senada diungkapkan Risto (43), pedagang mie pangsit keliling di Kota Bengkulu. Ia mengaku sejak harga cabai panjang merah kriting dan cabai rawit melonjak keuntungan yang didapatnya setiap hari berkurang rata-rata Rp 50.000 dari biasanya.
Jika selama ini, setiap hari mendapat keuntungan dari menjual mie pangsit Rp 200.000 kini hanya tinggal Rp 150.000/hari, karena Rp 50.000 tersedot untuk menambah biaya membeli cabai.
“Saya berharap Pemda Bengkulu segera mengatasi kenaikan harga cabai saat ini, sehingga harganya kembali normal seperti biasa di kisaran Rp 25.000-Rp 30.000/kg. Dengan harga ini, keuntungan pedagang bakso dan mie pangsit kembali normal,” ujarnya.
Risto mengaku, saat ini tidak hanya cabai yang harga meroket, tapi harga sayur mayur, seperti kol, sawi, dan sayur lainnya juga meningkat. Demikian pula harga bawang merah dan bawang putih juga terus merangkak naik.
Hal ini jika terus berlangsung lama, akan mengancam usaha UMKM di Bengkulu. Sebab, keuntungan yang mereka dapat terus berkurang karena tersedot untuk membeli bahan baku, seperti cabai, bawang putih, bawang merah dan sayur mayur, tambahnya.
Pasokan Normal
Sementara itu, beberapa pedagang cabai di Kota Bengkulu, mengaku pasokan cabai dari sentra produksi ke pasar-pasar di daerah ini, masih normal. Buktinya, stok cabai ditangan pedagang tidak kekurangan.
Ia mengaku naiknya harga cabai bukan karena stok barang terbatas, tapi disebabkan harga pembelian di tingkat petani oleh pedagang besar juga meningkat, sehingga pedagang eceran terpaksa menyesuaikan harga penjualan kepada konsumen.
“Sebenarnya, kami tidak setuju harga cabai terus meningkat, berdampak terhadap omset penjualan. Pasalnya, sejak harga cabai meroket tembus Rp 100.000/kg, permintaa cabai dari masyarakat berkurang, sehingga keuntangan yang kami dapat jadi turun,” ujar Chandara.
Ia menambahkan, sebelum harga cabai meroket omset penjualannya dalam satu hari bisa mencapai mecapai 50-75 kg. Tapi, sejak harga naik menjadi Rp 100.000/kg, omsetnya tinggal 35 kg per hari.
Hal ini terjadi karena masyarakat atau konsumen membatasi membeli cabai. Jika selama ini mereka sekali membeli cabai 1 kg, tapi setelah harga melonjak hanya membeli 0,5 kg saja. Demikian juga pedagang bakso, mie pangsit dan pemilik rumah makan.
“Biarlah untung sedikit, tapi omset penjualan meningkat, sehingga keuntungan yang didapat juga lumayan. Tapi, kini harga cabai naik keuntungan pedagang menipis karena omset penjualan menurun dari biasanya,” tandas Herman, pedagang cabai lainnya.(min)