Dukungan Pers Sangat Dibutuhkan Untuk Turunkan Stunting

oleh -390 Dilihat
Pranata Humas Ahli Madya BKKBN Pusat, Ade Anwar saat menyampaikan materi pada Forum Koordinasi Jurnalus yang diselenggarakan Kantor Perwakilan BKKBN Provinsi Bengkulu dalam rangka percepatan penurunan stunting di provinsi ini.(Foto HB/Idris)
Pranata Humas Ahli Madya BKKBN Pusat, Ade Anwar saat menyampaikan materi pada Forum Koordinasi Jurnalus yang diselenggarakan Kantor Perwakilan BKKBN Provinsi Bengkulu dalam rangka percepatan penurunan stunting di provinsi ini.(Foto HB/Idris)

Bengkulu- Dukungan pers sangat dibutuhkan dalam menurunkan angka stunting di Tanah Air, karena pers dapat menyampaikan informasi dan edukasi langsung kepada masyarakat.

Hal tersebut disampaikan Pranata Hums BKKBN Pusat, Ade Anwar pada acara Forum Koordinasi Jurnalis dalam rangka percepatan penurunan stunting Provinsi Bengkulu tahun 2022, bertempat di salah satu hotel berbintang di Bengkulu, Kamis (29/12/2022).

Acara dipandu presenter RBTV, Unga Irya itu, menghadirikan empat pembicara, yakni Ade Anwar Humas BKKN Pusat, Koordinator Media Center BKKBN Pusat, Christianto, Jurnalis Kompas, Adytia Ramadan dan wartawan kompas.com wilayah Bengkulu, Firmansyah.

Ade mengatakan, dalam menekan kasus stunting di berbagai daerah di Tanah Air, BKKBN Pusat melibatkan tokoh agama, masyarakat, organisasi pemuda dan sebagainya untuk menyampaikan pesan-pesan tentang stunting kepada masyarakat.

Alasanya, tokoh agama, tokoh masyarakat dan organisasi pemuda bisa langsung menyampaikan edukasi tentang stunting kepada masyarakat. Demikian halnya dengan media sangat efektif dalam menyampaikan pesan-pesan tentang stunting kepada masyarakat hingga ke pelosok desa.

“Terus terang, tanpa pers sebaik apapun hasil kerja kita tidak akan diketahui khalayak ramai. Kalau diibarat seperti iklan kendaraan Fanther, nyaris tak terdengar. Karena itu, kami mengharapkan dukungan kawan-kawan media dalam menyukseskan program penurunan stunting,” ujarnya.

Dijelaskan, pemerintah pada tahun 2024, menargetkan angka pravalensi stunting sebesar 14 persen. Hal ini dilakukan agar sumber daya manusia (SDM) orang indonesia tidak mengalami penurunan.

Soalnya, jika angka stunting atau gagal tumbuh masih tinggi dapat menyebabkan SDM menurun. Karena itu, Presiden Jokowi menargetkan angka pravalensi stunting pada tahun 2024 mendatang minimal diangka 14 persen.

Karena itu, sedikit ada 19 lembaga pemerintah dibawah koodinator BKKBN dalam mengatasi stunting. Di antara 19 lembaga pemerintah itu, antara lain Kemenkes, Kemendes, Kementerian PUPR, Kemensos, Kementerian Pertanian, dan lembaga pemerintah lainnya.

“Lembaga ini melaksanakan tugas sebagai bidang masing-masing, misalnya, Kementerian PUPR melakukan perbaikan rumah masyarakat tidak layak huni, bangun jamban keluar, penyiapan air bersih dan lainnya yang terkait dengan penurunan stunting,” ujarnya.

Demikian halnya Kementerian Pertanian juga berperan menyiapkan kebutuhan pangan dan gizi yang cukup agar balita berusia dua terhindar dari ancaman terpapar stunting. Sedangkan Kementerian Agama memberikan edukasi agar usia perkawinan untuk wanita minimal 21 tahun dan laki-laki sekurang-kurangnya 25 tahun.

Hal ini dilakukan ketika mereka menikah dapat melahirkan balita yang sehat dan mendapat asupan gizi yang cukup, sehingga balita terindar dari terkena stunting. “Usia kandungan 1.000 pertama wajib mendapatan asupan gizi yang baik, karena kandungan usia ini sedang dalam proses pembentuk otak dan sebagainya dari balita bersangkutan,” ujarnya.

Karena itu, pasangan calon penganting harus memahami benar soal stunting, sehingga anak mereka tidak terkena satunting alias gagal tumbuh. Soalnya, stunting disebabkan karena balita kekurangan asupan gizi yang tinggi.

Peran Media

Hal senada diungkapkan Sekretaris Badan (Sekban) BKKBN Provinsi Bengkulu, Nesianto. Ia mengatakan dukungan media atau pers sangat diharapkan dalam memberikan mengedukasi kepada masyarakat terkait penurunan stunting, khususnya di Bengkulu.

Soalnya, masih banyak masyarakat awam belum mengetahui penyebab balita terpapar stunting. Untuk mengedukasi masyarakat tersebut, diperlukan dukungan media, baik cetak, elektronik maupun media online.

Dengan adanya edukasi stunting kepada masyarakat lewat media, maka masyarakat dapat mengetahui cara-cara mencegah agar balita mereka tidak terkena stunting, salah satunya mereka akan memberikan asupan gizi tinggi kepada anaknya, terutama saat masih berusia 2 tahun.

Bahkan, katanya paling penting diperhatikan ketika usia kandung 1.000 hari pertama. “Masa kandung ini ibu dan anak yang dikandung harus diberikan makanan bergizi, karena pada masa ini dalam proses pembentukan otak dan sebagainya. Jika mendapat asukan gizi baik, maka balita akan tumbuh sehat dan jenius,” ujarnya.(min)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.