Jakarta-Data Globocan 2020 menyebutkan kanker payudara tercatat sebagai penyebab utama kelima kematian akibat kanker di seluruh dunia. Di Asia, terdapat sebanyak 1,03 juta kasus baru kanker payudara pada tahun 2020 dan sekitar 70 persen dari semua kanker payudara adalah subtipe HR+ HER2-.
Sekarang ada harapan baru bagi penyandang kanker payudara. Pasalnya, Badan Pengawas Obat Dan Makanan (BPOM) menyetujui Abemaciclib obat untuk terapi pasien dengan HR+ HER2-kanker payudara stadium awal dengan risiko tinggi. Dengan dibolehkan terapi menggunakan obat ini maka diharapkan pasien tetap berobat dalam negeri.
Abemaciclib adalah pengobatan bertarget yang dikenal sebagai penghambat Cyclin-dependent kinase (CDK)4/6. Abemaciclib adalah tablet oral non-kemoterapi. Bahkan, berdasarkan studi praklinis, Abemaciclib bekerja di dalam sel untuk memblokir aktivitas CDK4/6 dan membantu menghentikan pertumbuhan sel kanker, sehingga pada akhirnya sel kanker akan mati.
CDK 4/6 diaktifkan dengan mengikat Dcyclins. Pada sel kanker payudara dengan estrogen receptor positive (ER+), cyclin D1 dan CDK4/6 mendorong fosforilasi protein retinoblastoma (Rb), perkembangan siklus sel, dan proliferasi sel. COO ZP Therapeutics, Aylie Wijaya menyatakan Abemaciclib telah mendapatkan persetujuan dari BPOM untuk pasien kanker payudara stadium awal.
“Sebelumnya, kami sudah mendapatkan approval untuk stadium lanjut,” katanya di Jakarta, Sabtu (17/6/2023).Aylie berharap pasien kanker payudara di Indonesia bisa mendapatkan pengobatan Abemaciclib yang bisa ditambahkan dengan terapi endokrin adjuvant untuk terapi HR+ HER2- pada pasien kanker payudara stadium awal.
Dikatakan Aylie, baru pertama kali BPOM menyetujui obat yang untuk stadium awal kanker payudara. Terutama untuk yang jenis HR+ HER2-. “Kami berharap dengan ini bisa memberikan pilihan terapi oleh dokter di Indonesia untuk pasien yang lebih luas,” ucap Aylie seperti dilansir Beritasatu.com.
Sementara itu, Ketua Perhimpunan Hematologi Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia (Perhompedin), dr. TB Djumhana Atmakusuma menjelaskan HR adalah singkatan dari reseptor hormon. HR+ berarti sel tumor memiliki reseptor untuk hormon estrogen atau progesteron, yang dapat mendorong pertumbuhan tumor HR+.
HER2 adalah singkatan dari reseptor faktor pertumbuhan epidermal manusia2. HER2+ berarti sel tumor memproduksi protein yang disebut HER2/neu dalam kadar tinggi, yang telah terbukti terkait dengan jenis kanker payudara agresif tertentu.
Djumhana menuturkan dengan diberikan izin oleh BPOM, maka dokter sekarang boleh meresepkan obat ini untuk penyandang kanker stadium awal dengan HR+ HER2-. “Selama ini tidak ada obat yang untuk HR+ HER2-. Selama ini obatnya hormonal terapi atau pada keadaan tertentu kemoterapi,” katanya.
Djumhana berharap melalui terapi tersebut kekambuhan dari sel kanker akan lebih kecil. Jikapun kambuh, bisa dalam hitungan tahun. Selain itu, dengan tambahan opsi terapi ini, diharapkan pasien di Indonesia tidak perlu berobat ke luar negeri. “Di Indonesia saja pengobatan sudah bisa. Tidak usah ke luar negeri,” katanya.
Ahli hematologi Prof. Ary Harryanto Sp.PD-KHOM menuturkan, jika kanker diterapi dengan benar maka pengobatannya tidak perlu ke luar negeri. Sejauh ini menurut pengalamannya, pasien kanker yang meninggal karena metastase atau penyebaran itu sebesar 35 persen saja. “Yang banyak itu karena kardiovaskular, mudah infeksi, atau penyakit lain seperti diabetes,” katanya.
Advertisement
Untuk itu, Ary mengingatkan dalam pengobatan kanker harus holistic, yakni harus dilihat secara keseluruhan baik kondisi stadiumnya, fungsi organ, hingga penyakit lain yang diderita. Ia juga menegaskan hal terpenting adalah deteksi dini, yakni melakukan pemeriksaan payudara sendiri (sadari). Lalu, pemeriksaan payudara klinis (sadanis) melalui mamografi.“Untuk kanker payudara ingat ada sadari. Lalu bisa mamografi meski alatnya belum tersebar,” katanya.(bs/min)