Bengkulu Selatan–Proyek rehabilitasi Bendungan Kota Agung di Kecamatan Seginim, Kabupaten Bengkulu Selatan, Bengkulu, menuai sorotan. Pasalnya, pengerjaan proyek yang diharapkan dapat meningkatkan fungsi irigasi dan mencegah banjir justru dinilai amburadul, dan tidak sesuai harapan.
Warga setempat pun mulai mempertanyakan kualitas pekerjaan yang dilakukan oleh pihak kontraktor. Menurut pantauan di lokasi, beberapa bagian bendungan tampak masih belum selesai dikerjakan, padahal proyek ini sudah berlangsung cukup lama.
Selain itu, material yang digunakan terlihat diduga kurang berkualitas, dengan beberapa struktur tampak retak, dan kurang kokoh. Bahkan, beberapa warga mengeluhkan adanya kebocoran kecil yang mulai muncul di beberapa titik, menimbulkan kekhawatiran akan ketahanan bendungan dalam jangka panjang.
Seorang petani setempat, Ahmad (45), mengaku kecewa dengan hasil pekerjaan proyek tersebut. “Kami berharap setelah direhab, bendungan ini bisa lebih baik, tapi justru hasilnya mengecewakan. Banyak bagian yang terlihat asal-asalan, dan kami khawatir kalau nanti hujan deras, bendungan ini malah jadi masalah,” ujarnya.
Senada dengan itu, Ketua Kelompok Tani Seginim, Mulyadi, juga menyoroti pengerjaan proyek yang dinilai tidak sesuai standar. Ia mengaku sudah beberapa kali melaporkan keluhan ini kepada pihak terkait, namun hingga kini belum ada tanggapan yang memuaskan.
“Kami berharap pemerintah turun langsung mengecek kondisi di lapangan. Jangan sampai proyek ini hanya menghabiskan anggaran tanpa manfaat maksimal bagi masyarakat,” tegasnya.
Sementara itu, pihak kontraktor yang bertanggungjawab atas proyek ini belum memberikan pernyataan resmi terkait dugaan ketidaksesuaian pekerjaan dengan spesifikasi yang ditentukan.
Namun, beberapa pekerja yang ditemui di lokasi mengaku bahwa pengerjaan proyek ini mengalami keterlambatan akibat berbagai kendala teknis dan cuaca yang kurang mendukung.
Di sisi lain, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Bengkulu Selatan menyatakan akan segera meninjau kembali proyek rehabilitasi ini.
Kepala Dinas PUPR, melalui pernyataan singkatnya, menyebutkan bahwa pihaknya akan melakukan evaluasi terhadap kualitas pekerjaan yang telah dilakukan. “Kami akan turun ke lapangan untuk melihat langsung kondisi proyek ini. Jika ada ketidaksesuaian dengan kontrak, tentu akan ada tindakan tegas,” ujarnya.
Masyarakat setempat berharap pemerintah benar-benar serius dalam mengawasi proyek infrastruktur, terutama yang berdampak langsung pada kehidupan mereka. Bendungan Kota Agung memiliki peran penting bagi sektor pertanian di Seginim, sehingga kualitas rehabilitasinya harus menjadi prioritas.
Warga juga mendesak agar pihak berwenang segera mengambil langkah tegas jika ditemukan adanya indikasi penyimpangan dalam pelaksanaan proyek ini. Hingga saat ini, warga masih menanti kepastian dan tindak lanjut dari pemerintah daerah terkait kondisi rehabilitasi bendungan yang dinilai amburadul ini.
Mereka berharap ada perbaikan segera sebelum datangnya musim hujan, yang dikhawatirkan dapat memperparah kondisi bendungan dan membahayakan area sekitarnya. Proyek rehabilitasi Bendungan Kota Agung, Seginim dikerjakan tahun 2024 lalu dengan dana lebih kurang sebesar Rp 20 miliar bersumber dari APBN Kementerian PUPR.
Sementara itu, PPTK proyek rehabilitas tersebut, Aspawi saat dikonfirmasi pekan lalu mengakui pengerjaan tersebut dikerjakan sesuai standar, namun informasi dihimpun dari lapangan mengakui bahwa material yang digunakan diduga tidak standar, dan diduga dikerjakan orang dalam, semua tenaga ahli dilapangan tidak difungsikan, sehingga lepas tangan masalah teknis.
Akibatnya mutu proyek rendah dan dibeberapa bagian retak dan rusak, antara lain rehab Mercu dan lantai ulak bendung serta beberapa item pekerjaan lainnya juga retak retak.
Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) VII Bengkulu, Medya Ramadhan dan Satker Adi Buana sampai berita ini dibuat belum berhasil ditemui terkait keigatan rehab proyek Bendungan Kota Agung, Seginim, Bengkulu Selatan.(**)