36 Persen Produksi CPO Bengkulu Dikapalkan Lewat Pelabuhan Pulau Baai

oleh -6 Dilihat
Kapal keruk tengah melakukan pengerukan alur pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu.(Foto/Ist)
Kapal keruk tengah melakukan pengerukan alur pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu.(Foto/Ist)

Bengkulu- Sekitar 36 persen dari 92.000 ton produksi Crude Palm Oil (CPO) Bengkulu, dikapalkan dari pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu. Sedangkan sisanya sebanyak 64 persen lagi dikapalkan lewat pelabuhan lain.

Hal tersebut diungkapkan salah seorang pengusaha jasa angkutan pelabuhan di Bengkulu, Marwan Ramis, di Bengkulu, Jumat pekan lalu. “Saat ini hanya 36 persen dari 92.000 ton produksi CPO Bengkulu setiap tahun, dikapalkan dari pelabuhan Pulau Baai Bengkulu. Ini terjadi sesuai permitaan pembeli alias buyer,” ujarnya.

Ia mengatakan, produksi CPO sebanyak 92.000 ton tersebut, dihasilkan oleh 33 pabrik kepala sawit yang ada di Provinsi Bengkulu. Terbanyak produksi CPO dari wilayah Utara, kemudian disusul wilayah Selatan dan Tengah.

Jumlah produksi CPO yang setiap wilayah berdasarkan jumlah prabik kelapa sawit yang ada di daerah bersangkutan. Untuk saat ini, jumlah pabrik CPO terbanyak berada di Bengkulu Utara dan Mukomuko.

Sisanya berada di wilayah selatan meliputi Seluma, Bengkulu Selatan dan Kaur. Sedangkan di wilayah tengah, yakni di Bengkulu Tengah dan daerah lainnya. Namun, Marwan tidak menjelaskan jumlah produksi CPO di masing-masing wilayah tersebut.

“Yang jelas, produksi CPO Bengkulu, saat ini rata-rata 92.000 ton per tahun. CPO sebanyak ini diproduksi oleh 33 pabrik kelapa sawit (PKS) yang ada di Bengkulu,” ujarnya.

Dari 92.000 ton CPO itu, sebanyak 64 persen di kapal melalui pelabuhan Padang, Lampung dan pelabuhan Palembang, Sumatera Selatan. Sedangkan sisanya 34 persen melalui pelabuhan Pulau Baai.

Pengiriman CPO Bengkulu melalui pelabuhan laut tetangga, katanya selain kondisi pelabuhan Pulau Baai Bengkulu, kurang mendukung juga didasarkan atas permitaan pembeli.

“Jadi, pembeli menentukan pelabuhan yang akan mengirimkan CPO mereka pesan. Kita sebagai jasa pengakutan siap saja mengirimkan sesuai permitaan mereka,” ujarnya.

Terkait pendangkalan alur pelabuhan Pulau Baai, Marwan mengatakan, produksi CPO Bengkulu sebagai besar di kirim melalui jalur darat ke pelabuhan yang dituju, seperti pelabuhan Teluk Bayar, Padang, pelabuhan Bakauheni, Lampung dan pelabuhan Tanjung Api-Api, Palembang.

Hal ini menyebabkan biaya pengiriman menjadi tinggi, karena biaya angkut melalui mobil tangki lebih mahal ketimbang melalui jalur angkutan laut. Namun, hal ini terpaksa dilakukan untuk menjaga nama baik dengan pembeli.

“Dari pada kehilangan kepercayaan dengan pembeli, maka pengusaha pabrik kelapa sawit terpaksa mengirimkan CPO melalui jalur darat ke pelabuhan tujuan meski biaya tinggi dibanding jalur laut,” ujarnya.

Marwan menambahkan, sejak alur pelabuhan alami pendangkalan, pengusaha PKS di Bengkulu mengalami kerugian karena CPO mereka tidak bisa diangkut secara keseluruhan ke pelabuhan tujuan, akibat biaya angkut melalui darat tinggi.

“Kita berharap pengerukan alur pelabuhan segera tuntas dalam waktu dekat, sehingga kapal bisa masuk kembali pelabuhan ini. Dengan demikian, pengiriman CPO dari Bengkulu ke beberapa daerah tujuan dapat berjalan lancar,” ujarnya.

Editor : Usmin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.