Ratusan Ekor Ternak Kerbau Milik Masyarakat di Mukomuko Mati Terserang Penyakit Ngorok

oleh -9 Dilihat
Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian Mukomuko, Diana Nurwahyuni.(Foto/Ist)
Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian Mukomuko, Diana Nurwahyuni.(Foto/Ist)

Bengkulu-Wabah penyakit ngorok atau Septicaemia Epizootica (SE) kembali menyerang puluhan ternak kerbau milik masyarakat di Kabupaten Mukomuko, sejak April 2025 lalu.

Sedikitnya 122 ekor kerbau milik masyarakat mati akibat terserang penyakit tersebut. Sedangkan jumlah kerugian peternak diperkirakan mencapai lebih kurang Rp 2 miliar.

Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian Mukomuko, Diana Nurwahyuni, di Mukomuko, Rabu (28/5/2025) membenarkan hal tersebut.

Ia mengatakan, jumlah hewan kerbau mati karena penyakit ngorok sebanyak ini berdasarkan laporan resmi para pemilik ternak. Namun, jumlah sesungguhnya diperkirakan lebih tinggi karena belum semua peternak melapor.

“Harga satu ekor kerbau berkisar Rp17 hingga Rp20 juta. Bayangkan kerugian yang dialami, terutama oleh peternak kecil yang menggantungkan hidup dari ternaknya,” ujar Diana.

Paling banyak hewan ternak masyarakat terserang penyakit ngorok di Kecamatan Teramang Jaya, karena angka kematian hewan kerbau di wilayah ini mencatat paling tertinggi dibanding di kecamaran lain di Mukomuko.

Sementara itu, di Kecamatan Ipuh dan sekitarnya, kondisi mulai membaik setelah dilakukan vaksinasi dan pengobatan intensif. “Di Ipuh, kami sudah memberikan 400 dosis vaksin. Hasilnya cukup efektif dan mampu menekan angka kematian hewan,” ujarnya.

Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko telah bergerak cepat dengan melakukan vaksinasi dan pengobatan di wilayah terdampak. Namun Diana mengingatkan, penyebaran penyakit SE sangat cepat, dan dibutuhkan kewaspadaan serta tindakan preventif dari seluruh peternak.

“Kami minta peternak segera melapor jika ternaknya menunjukkan gejala sakit. Deteksi dini sangat penting untuk mencegah penyebaran lebih luas,” tegasnya.

Ia mengimbau agar hewan yang sakit atau sehat tidak dilepasliarkan ke lingkungan umum karena berpotensi mempercepat penularan.

“Kami mengajak semua pihak di Mukomuko, baik masyarakat maupun petugas lapangan, untuk bekerja sama memerangi wabah ini demi menjaga kesehatan hewan dan keberlangsungan usaha peternakan,” di wilayah ini, demikian Diana.

 

Editor : Usmin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.