Bengkulu- Situasi warga Pulau Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu, sejak tiga pekan terakhir semakin mengkhawatirkan, menyusul Kapal Pulo Tello yang biasa melayani transportasi ke wilayah itu berhenti beroperasi akibat pendangkalan alur Pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu.
Camat Pulau Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara mengjelaskan saat ini warga masih bertahan dengan mengonsumsi stok pangan yang tersedia seperti beras, ikan dan lainnya. Namun, jika kapal tidak masuk dan sembabko tak kunjung tiba, maka dipastikan isolasi akan membuat penderitaan 4.000 warga makin bertambah.
“Memang Senin, 14 April 2025, Pemda Bengkulu Utara atas instruksi Pak Bupati akan menyewa kapal nelayan cincin kapasitas 50 ton untuk mengirim beras, minyak, telur dan lainnya. Beras dibagi gratis selanjutnya sembako akan digelar pasar murah,” ujar Camat Pulau Enggano, Susanto ketika dikonfirmasi melalui telepon, Minggu (13/4/2025).
Susanto menjelaskan, saat ini program ketahanan pangan yang digelar pemerintah dapat membantu warga bertahan. “Untuk ketahanan pangan saat ini stok padi di pulau Enggano mencukupi, namun apabila isolasi terus berlangsung lama, maka stok pangan pasti akan habis,” jelasnya.
Pelayanan Tak Maksimal
Selanjutnya untuk tenaga medis, terdapat 15 orang tenaga medis yang biasa melayani pelayanan kesehatan di Pulau Enggano masih terjebak di luar pulau akibat tidak ada kapal yang berlayar ke pulau terluar tersebut, akibat pelabuhan Pulau Baai dangkal.
“Ada 15 orang tenaga medis masih terjebak di luar pulau. Namun untuk sementara pelayanan kesehatan masih bisa ditangani dengan tenaga kesehatan yang ada di pulau tersebut,” ungkapnya.
Lalu layanan pendidikan dikatakan Susanto juga terdapat sekitar 15 orang guru masih berada di luar pulau. Akhirnya layanan pendidikan di pulau satu guru harus menangani tiga kelas mata pelajaran.
“Masih ada sekitar 15 guru di luar pulau belum bisa mengajar. Maka guru yang ada di pulau harus menangani tiga kelas untuk satu mata pelajaran,” tambahnya.
Selain persoalan pendidikan dan kesehatan, warga juga mengeluhkan hasil bumi setempat seperti piaang, ikan tidak dapat dijual.
Pisang Petani Busuk
“Pisang, ikan menjadi busuk biasanya dikirim ke luar pulau namun karena tak ada kapal maka dibiarkan membusuk. Ikan diolah agar tidak membusuk sia-sia,” ujar Susanto.
Ia juga berterima kasih pada banyak pihak yang peduli dengan warga Pulau Enggano, mulai dari gubernur, Kapolda, Danrem, bupati, kapolres dan Pelindo.
“Warga Enggano berterima kasih atas kepedulian banyak pihak semoga pengerukan alur cepat selesai sehingga keadaan menjadi nirmal,” sebutnya. Sebelumnya diberitakan, pendangkalan alur Pelabuhan Pulau Baai di Kota Bengkulu akibatkan kapal menuju Enggano berhenti beroperasi.
General Manager Pelindo Regional 2 Bengkulu, S. Joko, menyampaikan bahwa pihaknya saat ini tengah fokus melakukan upaya pengerukan alur pelayaran yang dinilai sudah dalam tahap kritis.
“Kami berkomitmen untuk memastikan pelayanan kepelabuhanan tetap berjalan optimal demi menjaga roda ekonomi daerah, termasuk distribusi logistik ke Pulau Enggano,” ujar Joko dalam rilisnya yang diterima kompas.com beberapa waktu lalu.
Untuk saat ini, peralatan yang digunakan untuk melakukan pengerukan yaitu 3 ekskavator, 1 Wheel loader, 3 truk dan 1 kapal keruk hopper Nera 02 dengan produksi rata-rata 1.500 meter kubik per hari.
Reporter :FIR
Editor : Usmin