Bengkulu-Ada dua jenis alat kontrasepsi modern, yakni hormonal dan non hormonal. Alat kontrasepsi ini digunakan untuk mengatur jarak kehamilan ideal bagi pasangan usia subur (PUS).
KB Hormonal berupa pil, suntik dan implant. KB non hormonal berupa kondom, intera uterine device (IUD). KB hormonal dianjurkan agar tidak digunakan dalam waktu lama.
Sebaiknya segeralah untuk berganti cara ke non hormonal seperti medis operatif wanita (MOW) atau yang dikenal dengan tubektomi dan medis operatif pria (MOP) atau vasektomi dan IUD yang dikenal juga dengan istilah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
Selain dapat meminimalisir dari dampaknya juga akan menjaga agar tidak terjadinya putus pakai kontrasepsi. Di sinilah dituntut peran tenaga penyuluh KB meningkatkan pemahaman masyarakat/PUS, sehingga kualitas program KB dapat tumbuh,” kata Ketua Tim Kerja 7 Perwakilan BKKBN Provinsi Bengkulu, Zainin saat bincang bersama pewarta di kantor BKKBN Perwakilan Bengkulu, Kamis, (18/7/20924).
Pengelola rumah konsultasi tenaga konselor pada pusat pelayanan keluarga sejahtera (Satyagatra) BKKBN Bengkulu, Rahmi Eka Mardiansih menyebutkan, kontrasepsi hormonal pil,suntik ideal penggunaannya tidak melebihi dari lima tahun.
Untuk penggunaan implant tidak melebihi dua periode atau enam tahun, dan itupun mestinya jedah satu hingga dua bulan untuk menetralisir hormon.
Kenapa peserta KB hormonal tidak dianjurkan dalam waktu yang lama, pasalnya dapat berdampak pada kesehatan peserta dalam jangka panjang dan pendek. Dampak jangka pendeknya, berpengaruh berat badan, gangguan siklus menstruasi, hingga mengalami mual, muntah, pusing, sakit kepala.
Bisa juga berdampak jangka panjang pada kesehatan bagi pengguna, yaitu menopause dini yaitu dibawah usia 50 tahun, bahkan dapat berisiko kanker yang berhubungan ke rahim,” sebut Rahmi.
Sementara yang paling aman digunakan yaitu kontrasepsi non hormonal dengan metode jangka panjang seperti IUD atau AKDR. Karena tidak berdampak pada ASI. Kontrasepsi ini mencegah kehamilan dalam rentang waktu sampai 10 tahun, dan bisa dengan mudah dilepas jika ingin memiliki anak lagi.
Ketua Tim Kerja 5 pelaporan dan statistik, Agus Veriansyah Dalimunthe menyebutkan peserta KB hormonal masih terbilang tinggi mencapai 89 persen.
Hingga Mei 2024 peserta KB aktif di Provinsi Bengkulu sebanyak 253.141 akseptor. Mereka terdiri atas pengguna kontrasepsi hormonal jenis pil sebanyak 32.988 peserta, suntik mencapai 151.858 akseptor dan implant sebanyak 39.835 pengguna,” sebut Agus.
Sedangkan peserta KB dengan jenis non hormonal hanyak sebanyak 28.640 akseptor, meliputi pengguna kondom sebanyak 11.043, MOP hanya 619 akseptor, MOW sebanyak 7.224 dan IUD terdapat 9.574 peserta.
Reporter : Lesiana
Editor : M Rareza Rebi Aldo