Bengkulu- Gubernur Bengkulu, Rohdin Mersyah mengatakan persoalan stunting adalah masalah sistemik dan kronik bagi bangsa, sehingga mengatasinya tidak dapat dilakukan secara temporer atau dalam waktu singkat, tetpai harus dilakukan penanganan dengan pola gerakan bersama.
“Pola gerakan bersama telah diatur dalam Peraturan Presiden (Prespres) Nomor 72/2021 tentang percepatan penurunan stunting, dimana harus dilakukan secara holistik integratif dan kolaboratif. Yang dapat dilakukan secara pentahelix banyak pihak, termasuk peran organisasi profesi jurnalis,” kata Gubernur Rohidin pada acara Forum Koordinasi Jurnalis dan Kampanye Percepatan Penurunan Stunitng melalui KIE Komunitas, Selasa (30/5/2023).
Ia mengatakan, stunting masih menjadi masalah sistemik dan kronik bagi bangsa Indonesia, dan perlu ditangani secara sistematis. Di mana secara nasional angka stunting masih berada pada angka 21,6 persen. Artinya jika dideretkan lima orang anak Indonesia berarti terdapat satu yang stunting, kondisi tersebut berarti masih sangat mengkhawatirkan, sehingga diperlukan peran jurnalis.
Peran jurnalis sangat penting untuk ikut dalam menuntaskan stunting, di antaranya dengan menginformasikan program-program pemerintah serta memberikan edukasi produktif kepada masyarakat. “Kalau ini bisa berhasil, maka baru kita bisa menciptakan generasi yang lebih baik di masa-masa yang akan datang, karena pemahaman ini juga penting supaya pada penanganan stunting di tengah-tengah masyarakat tidak salah,” ujarnya.
Dijelaskan, dari gambaran kasus tubuh kerdil bagi anak di Bengkulu sebesar itu masih sangat mengkhawatirkan. Pasalnya, kita tahu stunting itu kejadian yang sifatnya sistemis dan kronik sehingga membutuhkan peran dari semua pemangku kepentingan dan perlu keseriusan dan penanganan sistemis berjenjang dari semua pemangku kepentingan, yang dibangun dengan sistem regulasi untuk menurunkan angka stunting.
Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan tahun 2022, angka balita stunting Provinsi Bengkulu berada pada angka 19,8 persen. Ia juga menerangkan bahwa pemerintah sudah merumuskan upaya percepatan penurunan stunting ini baik dari sisi kebijakan hingga penanganan secara berjenjang dan anggaran yang cukup. “Jika kolaborasi ini berhasil, maka bonus demografi akan dicapai dan tercipta generasi yang lebih baik tanpa stunting,” imbuhnya.
Dr. Ir. Dwi Listyawardani,M.Sc.Dip.Com PKB Ahli Utama BKKBN menyampaikan, pada tahun 2021, prevalensi stunting Indonesia berada di angka 24,4 persen. Angka itu mengalami penurunan setiap tahunnya. “Meski demikian, angka prevalensi stunting Indonesia masih di atas standar maksimal yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu 20 persen,” ujarnya.
Diterangkannya, perihal stunting BKKBN mempunyai formula jitu untuk mencegahnya, yaitu hindari empat “terlalu” yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat dan terlalu banyak jumlah anak. Dijelaskan, dua terlalu berkaitan dengan usia dan menghindari kelahiran pada ibu yang terlalu muda atau terlalu tua. Menurutnya, usia ideal ibu melahirkan pada rentang 21-35 tahun. Usia melahirkan terlalu muda, tulang panggul perempuan yang berusia di bawah 20 tahun belum siap untuk proses melahirkan.
“Sedangkan, usia kelahiran terlalu tua, seorang Ibu rentan mengalami pre eklamsia atau pecah ketuban dini,” jelas Dhani Sementara, dua “terlalu” lain dalam mencegah stunting berkaitan dengan upaya menghindari jarak melahirkan terlalu dekat dan terlalu banyak jumlah anak.
“Jarak terbaik untuk anak adalah 5 kali masa kehamilan, yaitu kira-kira 4-5 tahun. Selepas melahirkan sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang,” sarannya. Selain kampanye empat ‘Terlalu, penyuluhan terhadap calon pengantin (masa pranikah) juga menjadi fokus sasaran”.
Plt Kepala Perwakilan BKKBN Bengkulu, M.Iqbal Apriansyah, SH, M.P.H menilai peran Jurnalis dalam upaya penurunan stunting merupakan kontribusi yang sangat krusial, terutama dalam sisi pemberitaan. Dari sudut pandang tersebut BKKBN Bengkulu menggelar pertemuan forum jurnalis dan kampanye penurunan stunting yang melibatkan insan pers baik di Kota Bengkulu, kabupaten serta juga dilibatkan media center dari organisasi perangkat daerah (OPD) KB kabupaten dan kota. “Hari ini kita berkumpul bersama dengan rekan jurnalis dari berbagai media sebanyak 50 orang,” kata Iqbal.
Disebutkan Iqbal bahwa pertemuan forum ini dalam rangka membangun kerjasama yang optimal bersama mitra kerja yakni rekan – rekan jurnalis dan dari OPD KB terkait dengan penguatan pemberitaan terutama pemberitaan stunting yang merupakan bagian dari kampanye percepatan penurunan stunting.
Melalui forum tersebut ia berharap dapat memberikan sosialisasi dan promosi terkait stunting dan upaya penurunannya agar bisa dimengerti oleh seluruh lapisan masyarakat, terutama bagi kelompok komunitas yang dalam hal ini kami undang rekan – rekan jurnalis.
Dan tidak kalah penting agar tenaga lini lapangan yakni penyuluh keluarga berencana dan juga mitra dari pemerintah kabupaten ikut aktif menyajikan informasi yang bersifat mendidik masyartakat untuk mememrangi risiko atau potensi lahirnya keluarga stunting, demikian Iqbal.(irs).