Lima Tahun Ruang Kelas Rusak Parah, Siswa SDN 178 Seluma, Belajar di Bawah Pohon dan Rumah Dinas Guru

oleh -55 Dilihat
Sejumlah siswa SDN 178 Kabupaten Seluma, Bengkulu belajar dibawah pohon akibat ruang kelas mereka roboh karena lebih dari lima tahun rusak tidak diperbaiki pihak Diknas setempat.(Foto/Ist)
Sejumlah siswa SDN 178 Kabupaten Seluma, Bengkulu belajar dibawah pohon akibat ruang kelas mereka roboh karena lebih dari lima tahun rusak tidak diperbaiki pihak Diknas setempat.(Foto/Ist)

Bengkulu-Belasan siswa SDN 178, Desa Pagar Agung, Kecamamtan Ulu Talo, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu terpaksa belajar di bawah pohon dan rumah dinas guru akibat ruang kelasnya mengalami rusak parah.

Kepala Sekolah SD Negeri 178, Yudi Wahyu Hidayat saat dihubungi melalui sambungan telepon mengatakan ruang kelas sudah rusak parah sejak lima tahun lalu, siswa terpaksa menggunakannya namun tiga minggu terakhir dinding ruang kelas roboh terpaksa siswa belajar di bawah pohon.

“Ada tiga ruang kelas rusak sejak tahun 2007, namun kerusakan bertambah parah sejak lima tahun terakhir. Kami masih belajar di ruang kelas rusak selama lima tahun ini. Nah, tiga minggu lalu dinding roboh maka siswa pindah belajar, ada yang di bawah pohon, ada juga di rumah dinas guru,” ujar Yudi.

Selama lima tahun dalam keadaan ruang kelas rusak siswa tetap belajar di dalam ruang kelas meski dalam kondisi was-was. “Lima tahun ruang kelas rusak parah kami masih belajar di dalam namun was-was karena dinding retak, plafon jebol, bocor, lalu dinding roboh terpaksa pindah belajar,” katanya.

Kendala Jembatan

Menurutnya SDN 178 memiliki siswa hanya 15 orang karena desa kecil dan terpencil. Pemerintah sempat akan menggabungkan dengan SD terdekat di Desa Muara Simpur yang jaraknya hanya dua kilometer. Namun kendala dihadapi untuk menuju sekolah di desa Muara Simpur siswa harus melintasi jembatan gantung sepanjang 100 meter.

“Mau digabung ke SD di desa terdekat namun harus melintasi sungai dengan jembatan gantung 100 meter. Orang tua siswa khawatir, akhirnya batal digabung,” ungkap dia.

Yudi mengatakan sebenarnya kerusakan gedung sekolah terjadi sejak tahun 2007. Dirinya sudah hampir 10 tahun menjadi kepala sekolah itu. Tiap tahun ia mengajukan rehab sekolah namun menurut dinas pendidikan usulan tersebut selalu ditolak DPRD.

“Alasan DPRD siswanya sedikit maka usulan perbaikan sekolah selalu dicoret di DPRD,” keluhnya. Ia menegaskan kalau DPRD menolak anggaran perbaikan gedung sekolah karena siswa sedikit maka perbaiki jembatan gantung agar siswa bisa aman menuju sekolah di desa terdekat.

“Beberapa hari lalu pak kepala dinas pendidikan yang baru mengunjungi sekolah kami usulkan perbaikan sekolah semoga ada harapan di masa datang,” jelasnya. Saat ini di sekolah terdapat tujuh guru dan satu kepala sekolah.

Reporter : FIR

Editor : Usmin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.