Bengkulu- Kampanye percepatan penurunan stunting di Bengkulu, menggarap di wilayah kumuh. Kali ini kampanye menyasar daerah kumuh perkotaan di Kelurahan Padang Nangka, Kecamatan Singaran Pati, Kota Bengkulu.
Sosialisasi program stunting di wilayah tersebut, bertujuan untuk menekan potensi risiko stunting dan angka kemisinan ekstrem di daerah ini.
Kecamatan Singaran Pati dengan jumlah penduduk sebanyak 8.738 keluarga (KK). Dari jumlah itu, sekitar 3.916 KK masuk status keluarga berisiko terpapar stunting dengan kategori pra sejahtera dan penduduk dengan fasilitas lingkungan tidak sehat berstatus keluarga miskin ekstrem sebanyak 1.091 keluarga.
Kampanye stunting yang digelar Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bekerja sama dengan Komisi IX DPR-RI itu menggandeng Pemerintah Kota (Pemkot) Bengkulu, dilaksanakan di Kelurahan Padang Nangka, Minggu (30/10/2022).
Kegiatan ini selain dihadiri anggota Komisi IX DPR-RI dapil Bengkulu, Elva Hartati, Kepala Perwakilan BKKBN Bengkulu, Rusman Efendi, Kepala Dinas DP3APPKB Kota Bengkulu mendampingi Wakil Wali Kota Bengkulu, Dedi Wahyudi, dan undangan lainnya.
Anggota Komisi IX DPR-RI, Elva Hartati dalam sambutan saat membuka kampanye penurunan stunting menyebutkan, penanganan stunting tidak dapat dilakukan secara sepihak. Bebaskan gizi buruk yang berdampak pada anak kerdil perlu perhatian dan aksi semua pihak, baik pemerintah, lembaga swasta, maupun para tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama dan stakeholder lainnya di Bengkulu.
“Yang paling berperan dalam meningkatkan kesehatan keluarga itu adalah masyarakat dari keluarga itu sendiri, yang mana dimulai dari sikap positif untuk merubah perilaku hidup sehat dan bersih,” ujar politisi PDIP ini.
Elva mengajak masyarakat daerah ini untuk menyampaikan informasi secara estafet, agar tidak berhenti pada anggota atau kelompok masyarakat tertentu saja. Dengan demikian, dapat memberikan nilai edukasi berkesinambungan kepada masyarakat luas.
Anak terpapar stunting, kata Elva disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya faktor lingkungan tidak sehat, seperti sanitasi, air bersih yang tidak tersedia dengan baik. Kondisi tersebut sering ditemukan pada lingkungan keluarga miskin dan kumuh.
Edukasi Kelompok Rentan
Sementara itu, Wakil Wali Kota Bengkulu, Dedi Wahyudi menyebutkan, program-program yang dikembangkan pemerintah kota dalam menekan potensi risiko stunting melalui edukasi kelompok rentan seperti remaja.
“Pemkot mengembangkan program peningkatan kesehatan reproduksi remaja, yang diawali terhadap remaja pelajar SMP dan SMA dengan memberikan pil tambah darah (PTD) dan juga menyasar para calon pengantin perempuan. Kegiatan yang relevan dengan pencegahan stunting lainnya dengan mensosialisasikan undang-undang perkawinan.
Karena perkawinan yang sehat itu, kata Dedy Wahyudi pada usia yang ideal, dimana BKKBN melalui programnya membatasi usia 21 dan 25 tahun bagi calon pengantin”.
Keseriusan Pemerintah Kota Bengkulu terhadap program penurunan stunting, katanya dengan membuka wadah bagi remaja dengan memberikan ruang untuk mendapat pendidikan pra nikah dan pendidikan kespro, yang disediakan di sejumlah kantor kelurahan di Pemkot Bengkulu.
Dengan kegiatan kolaboratif tersebut, lanjut Wakil Wali Kota Bengkulu, diyakini mampu menekan risiko potensi stunting di Kota Bengkulu. Dengan demikian, pada 2024 dapat mencapai sasaran yang ditargetkan dalam RPJMN sebesar 14 persen.(irs)