Bengkulu-Sekitar 4.000 orang penduduk di Pulau Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu mengeluhkan lambannya sikap pemerintah mengatasi persoalan ketiadaaan transportasi kapal laut ke pulau terluar ini, sudah berlangsung lebih dari dua pekan.
Ketua Pengurus Daerah Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Enggano, Mulyadi Kauno mengatakan, akibat tidak adanya kapal yang masuk ke Pulau Enggano, menyebabkan mereka terancam terisolir.
“Mulai dari kebutuhan bahan pokok, pasokan BBM dan pengiriman hasil panen pertanian semua sudah tersendat sekarang,” katanya, di Bengkulu, Rabu (9/4/2025).
Hal senada diungkapkan Paabuki atau Pimpinan Kepala Suku di Enggano, Milson Kaitora. Ia mengatakan, terhentinya akses transportasi kapal laut Bengkulu ke Enggano dan sebaliknya menunjukkan kelambanan tindakan dari pemerintah daerah.
Pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu yang selama ini menjadi tempat berkumpulnya kapal untuk tujuan ke Pulau Enggano, nyatanya sudah mengalami pendangkalan. Akibatnya, kapal Feri milik PT ASDP tidak bisa merapat ke pelabuhan daerah ini.
“Masa tidak ada antisipasi dari sebelum-sebelumnya. Kini alur pelabuhan dangkal, dampaknya sudah meluas kemana-mana. Yang paling merasakan kini, kami orang-orang di pulau, kapal tidak berkayar dan singgah di pelabuhan Pulau Baai,” ujar Milson.
Harga Sembako Melonjak
Akibat transportasi ke Enggano terhenti, menyebabkan pasokan sembako ke pulau terluar ini tetrhenti. Akibatnya, harga berbagai jenis sembako meroket. Hal ini diakui Windi Aprilia, perempuan adat Enggano.
Ia mengatakan, imbas tidak adanya transportasi ke Pulau Enggano kini mulai berdampak kepada para ibu rumah tangga. Harga-harga bahan pokok, kini mulai melonjak naik.
“Bawang merah harganya sudah Rp 70.000/kg, minyak goreng sudah sampai Rp 26.000/liter. Kalau telur sudah tidak ada lagi yang jual di warung, stok yang ada sudah ludes dan pasokan tidak jelas kapan datang lagi,” ujarnya.
Ia khawatir, jika kondisi ini berlanjut hingga satu bulan. Maka akan menjadi masalah pelik bagi para perempuan di Pulau Enggano, utamanya untuk memenuhi kebutuhan makan di rumah mereka.
Tidak cuma itu, kini menjelang masuknya pelajar sekolah. Menurut Windi, di beberapa sekolahan banyak murid bahkan guru yang sedang berada di Kota Bengkulu tidak bisa kembali ke Pulau Enggano, karena kapal tidak ada.
Termasuk, kini ada beberapa siswa yang sedianya hendak mengikuti tes Paskibraka pada tanggal 14 April 2025 mendatang, juga terancam gagal untuk mengikuti ujian.
“Saya mestinya tanggal 8 April ini masuk kuliah untuk menyelesaikan skripsi. Kini, jadi tidak bisa berangkat ke Bengkulu. Mohonlah bantuannya ke pemerintah agar dicarikan solusi ada kapal laut berlayar ke Enggano dalam waktu dekat,” harap Sonia Agustin, mahasiswi Politeknik Kesehatan Bengkulu.
Pemprov Bertindak Lamban
Sementara itu, Ketua Pengurus Harian Wilayah AMAN Bengkulu Fahmi Arisandi mengatakan, agar ada tindakan cepat dari pemerintah daerah untuk menyiasati kondisi transportasi di Pulau Enggano.
Ketersediaan kapal angkut yang minim dan belum mencukupi kebutuhan penumpang serta belum penuhnya jasa penerbangan di Pulau Enggano, sudah menjadi masalah pelik sejak 10 tahun ini bagi masyarakat adat dan penduduk di Pulau Enggano.
Menurutnya, pengerukan alur untuk pelabuhan Pulau Baai yang kini sedang dikerjakan oleh pemerintah seharusnya harus didukung dengan upaya mitigasi bagi kelangsungan hidup masyarakat adat yang ada di Pulau Enggano.
“Idealnya, ditengah tidak ada kepastian kapan jadwal selesainya pengerukan alur di Pelabuhan Pulau Baai yang berakibat pada berhentinya aktivitas kapal ke Pulau Enggano, pemerintah harus pikirkan rencana mitigasi.
Sebab, kalau hal tersebut tidak dilakukan akan mengancam kelangsungan hidup masyarakat adat Pulau Enggano, yang kita semua tahu bahwa untuk kebutuhan bahan pokok, pasokan BBM, pengiriman hasil panen, layanan pendidikan dan kesehatan mereka masih mengandalkan pada layanan transportasi kapal.
“Karena itu, kami ingatkan. Bahwa saat ini ada ribuan orang di Enggano terancam hidup darurat. Jangan sepelekan keluhan mereka,” kata Fahmi.
Sebelumnya, Gubernur Bengkulu, Helmi Hasan menyebutkan kegiatan pengerukan alur pelabuhan Pulau Baai saat ini masih dikerjakan oleh Pelindo.
“Pengerjaan pengerukan alur sedang dikerjakan kami sudah meminta Pelindo mempercepat pengerukan alur karena kewenangan pengerukan berada di Pelindo,” demikian Helmi.
Reporter : FIR
Editor : Usmin