Bengkulu, – Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah, mengatakan potensi sumber daya hutan di Provinsi Bengkulu saat ini dapat menjadi sumber ekonomi baru jika dikelola dengan baik.
Oleh Karena itu, kepada para pihak untuk memaksimalkan potensi yang ada tersebut, selain menjaga hutan dengan baik juga mendapatkan kompensasi karena menjaga hutan untuk menyerap karbon.
Kata Gubernur Rohidin, Tahun ini (2024), Pemerintah Provinsi Bengkulu menerima dana sebesar 11 miliar rupiah sebagai kompensasi karbon.
Gubernur Rohidin juga menambahkan bahwa luasnya lahan hutan di Bengkulu berkontribusi besar dalam mengurangi emisi karbon yang dihasilkan oleh industri di Indonesia.
Apalagi jika dilihat dari posisinya Provinsi Bengkulu ini yang terletak di antara lautan dan pegunungan. Serta memiliki kekayaan hutan yang sangat melimpah. Kekayaan ini menjadikan hutan Bengkulu berperan penting dalam penyerapan karbon di tingkat global.
Focus Group Discussion (FGD) yang dilaksanakan di Gedung Layanan Terpadu Rektorat Universitas Bengkulu (UNIB), membahas topik “Model Pembiayaan Biru Berbasis Ekosistem dalam Reduksi Risiko Bencana,” dengan fokus pada peran hutan mangrove pesisir dan hutan tropis di Bengkulu.
Mengungkapkan bahwa Hutan Mangrove di Bengkulu berpotensi mengurangi kerugian materi akibat bencana hingga 400 miliar rupiah. “Hutan mangrove Bengkulu mengurangi kerugian materi akibat bencana hingga 400 miliar rupiah,” kata Yondviter dari PKSPL Institut Pertanian Bogor (IPB)
Pada penelitian yang dilakukan, diperkirakan bahwa Bengkulu bisa mengalami kerugian sebesar 5,5 triliun rupiah jika terjadi gempa dengan skala 6/8 Skala Richter (SR) dan tsunami setinggi 6 meter.
Namun, dengan penghijauan pesisir pantai menggunakan tanaman mangrove, kerugian tersebut bisa diminimalisasir hingga 400 miliar rupiah.
Hal ini tentu sangat dibutuhkan, selain penghijauan ditepi Pantai juga mendapatkan manfaat secara ekonomi.
