Bengkulu Tengah- Sekitar 250 hektare tanaman padi milik sejumlah petani di Desa Sri Kuncoro, Kecamatan Pondok Kelapa, Kabupaten Bengkulu Tengah, pasca Hari Raya Idulfitri 1446 Hijriyah ini siap dipanen.
Kepala Desa Sri Kuncoro, Romadhan mengatakan, tanaman padi petnai siap dipanen usai lebaran ini, tercatat sekitar 250 hektare. Tanaman padi yang siap dipanen ini merupakan sawah tadah hujan alias non irigasi tehnis.
“Alhamdulillah, petani di Desa Kuncoro saat ini mulai melaksanakan panen padi meski banjir yang melanda daerah ini beberapa waktu lalu, sawah warga sempat tergenang, tapi tidak sampai merusak tanaman dan kini dipanen,” ujarnya.
Tanaman padi petani yang saat ini dipanen merupakan lahan sawah tadah hujan, sehingga panen setahun sekali. Soalnya, di sekitar ratusan hektare sawah terrsebutk tidak aada irigasi tehnis sehingga petani menanam padi menyesuaikan curah hujan.
Padahal, jika di sekitar sawah ada irigasi maka dapat ditanami padi dua kali setahun atau setahun 2 kali panen. Jika ini terjadi Kecamatan Pondok Kelapa menjadi salah satu daerah lumbung beras di Bengkulu Tengah.
Namun, karena sawah hanya digarap setahun sekali meski luas belum bisa memberikan sumbangan besar terhadap produksi beras di Bengkulu Tengah. Sawah tadah hujan di Desa Srikuncoro berada di rawah, sehingga jika musim hujan terendam banjir, termasuk padi yang di panen saat ini sempat terendam air banjir.
“Tahun ini musim hujan cukup, sehingga padi tumbuh baik dan bisa dipanen saat ini. Kami mengharapkan Pemkan Bengkulu Tengah segera membangun irigasi di Desa Kuncoro, sehingga sawah kami dapat ditanam 2 kali setahun,” ujar kades.
Di sisi lain, Romadhan mengungkapkan kekhawatirannya terhadap alih fungsi lahan sawah menjadi kebun kelapa sawit. Menurutnya, kondisi ini sudah berlangsung dalam beberapa tahun terakhir akibat sulitnya pengelolaan sawah tanpa pasokan air yang stabil.
“Saat ini ada sekitar 25 hektare sawah yang sudah berubah jadi kebun sawit. Petani terpaksa alih fungsi karena lahan sawah makin sulit digarap,” ungkapnya.
Ia menilai, peralihan tersebut bukan semata keinginan petani, melainkan karena keterbatasan infrastruktur pendukung. Padahal, potensi pengairan sangat memungkinkan jika pemerintah membangun saluran dari aliran sungai PLTA Musi yang tak jauh dari lokasi.
“Jika jaringan irigasi dibangun, petani pasti semangat kembali menanam padi. Kami berharap ada perhatian dari pemerintah untuk mendukung pertanian di desa ini,” tambahnya.
Selain petani di Bengkulu Tengah, petani di beberapa desa di Kabupaten Seluma dan Bengkulu Selatan mulai melaksanakan panen raya padi. Petani mengharapkan pihak Bulog Bengkulu aktif membeli gabah dan beras petani.
Selain itu, Bulog Bengkulu juga diminta tidak terlalu selektif dalam membeli beras dan gabah petani. Selama ini, hasil panen petani dijual ke tengkulak karena Bulog setempat ketat menentukan syarat untuk membeli hasil panen petani.
Akibatnya, gabah dan beras hasil panen petani dijual ke tengkulak meski harganya tidak mahal, tapi syarat mudah dan berapapun jumlahnya ditampung. Karena itu, petani di Bengkulu mengharapkan Bulog Bungkulu aktif turun ke lapangan membeli gabah dan beras hasil panen.
Reporter : Usmin
Editor : M Rareza Rebi Aldo