Bengkulu-Petani sawit di Bengkulu berharap harga tandan buah segar (TBS) dapat terus stabil, dan tidak berfluktuasi, sehingga sebagian dari hasil panen petani dapat disisihkan untuk merapat tanaman, termasuk membeli pupuk.
“Kami berharap harga TBS di Bengkulu stabil dan tidak fluktuasi, sehingga petani dapat menyisihkan sebagian hasil panen untuk membeli pupuk dan kebutuhan lainnya untuk menaikan produksi hasil panen sawit,” kata Iman, salah seorang petani sawir di Kecamatan Putri Hijau, Bengkulu Utara, Senin (6/10/2025).
Ia mengatakan, jika harga TBS tidak stabil dipastikan petani kesulitan membeli pupuk, karena harga bahan penyubur tanaman ini terus meningkat. “Sekarang saja harga TBS di atas Rp 3.000/kg, petani masih bisa membeli pupuk untuk memupuk tanaman sawitnya,” ujarnya.
Imam berharap harga TBS di wilayah Bengkulu, termasuk Bengkulu Utara stabil dikisaran Rp 3.000/kg. Tapi, kalau TBS dibawah Rp 3.000/kg. Bahkan anjlok Rp 2.000/kg, dipastikan petani tidak mampu membeli pupuk.
“Jika harga TBS Rp 2.000/kg, jangankan mau beli pupuk. Hasil panen tidak cukup mengatasi kebutuhan keluarga petani. Soalnya, harga bahan pangan sekarang ini terus melonjak, termasuk beras. Dengan demikian, biaya hidup petani semakin besar dan berat,” ujar Adlan (45), petani lainnya.
Adlan berharap harga TBS di tahun 2026 mendatang, lebih meningkat dari sekarang. Dengan demikian, pendapatan petani sawit di Bengkulu semakin baik. “Kami petani ini, tidak banyak tuntutan ke pemerintah cukup harga pertanian stabil dan berpihak ke petani,” ujarnya.
Dengan harga hasil pertanian stabil, seperti karet, kopi dan TBS, maka kehidupan petani di Bengkulu, akan sejahtera dan sekaligus angka kemiskinan di wilayah ini akan terus berkurang kedepannya.
Hal senada diungkapkan petani sawit di Kecamatan Ipuh, Kabupaten Mukomuko, Marlin. Ia mengatakan, harga TBS saat ini Rp 3.000/kg, sudah tergolong baik bila dibandingkan sebelumnya. Harga TBS Rp 3.000/kg, sangat membantu petani.
Namun, yang sering dikeluhan petani sawait di Bengkulu, harga TBS tidak stabil dan selalu fluktuasi. Akibatnya, petani selalu dirugikan, karena harga TBS tidak seimbang dengan harga pupuk, seperti pupuk TSP, Urea, SP 36 dan pupuk jenis lainnya terus bergerak naik.
Soalnya stok pupuk di Bengkulu, katanya tidak masalah karena banyak tersedia di kios-kios pertanian di kota dan kabupaten di Bengkulu. Namun, yang menjadi masalah harganya terus meningkat tanpa alasan yang jelas penyebab kenaikan.
“Yang pasti, ketika kita membeli pupuk ke kios pertanian harganya naik terus paling tidak Rp 5.000-Rp 10.000/karung dari setiap jenis pupuk. Hal ini sangat memberatkan petani sawit di Bengkulu,” ujarnya.
Ia berharap pemerintah dapat menjaga kestabilan harga sawit agar petani lebih tenang dalam bekerja dan dapat meningkatkan kesejahteraan. “Kalau harga bisa stabil, petani tentu lebih semangat. Karena biaya produksi besar, terutama untuk pupuk dan perawatan lainnya,” tambahnya.
Dengan adanya perhatian dari pemerintah, para petani sawit berharap hasil kerja keras mereka bisa lebih seimbang dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Sekaligus meningkatkan taraf hidup masyarakat di pedesaan.
Reporter : RGA
Editor : Usmin