Bengkulu- Petani di Bengkulu sambut baik kebijakan Pemerintahan Presiden Prabawo menaikan harga gabah dan jagung rata-rata Rp 500/kg. Harga gabah dari Rp 6.000 menjadi Rp 6.500/kg dan jagung kering dari Rp 3.000 menjadi Rp 3.500/kg.
“Kami mengucapkan terima kasih pada pemerintah yang menaikan harga gabah dan jagung masing-masing sebesar Rp 500/kg. Kenaikan harga gabah dan jagung ini meski tipis sangat menguntungkan petani,” kata Suparlan (43), petani asal Kota Bengkulu.
Ia mengatakan, meski kenaikan harga gabah dan jagung sangat tipis, tapi sedikitnya berpengaruh terhadap pendapatan petani ketika panen raya. Namun, dia berharap kenaikan harga gabah dan jagung tidak ikuti kenaikan harga sarana produksi, seperti pupuk, racun hama dan lainya.
Soalnya, kalau harga Saprodi juga naik, maka tidak ada artinya bagi petani kenaikan harga gabah dan jagung Rp 500/kg. Soalnya, belakangan ini harga pupuk terus naik, sehingga pendapatan petani tergerus untuk menutupi biaya pembelian pupuk.
“Bagi petani biarlah harga gabah dan jagung tidak naik, tapi harga pupuk dan racun hama diturunkan atau minimal stabil, sehingga biaya produksi yang dikeluarkan saat menggarap sawah tidak meningkat,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan Basirun (52), petan lainnya. Ia berharap harga pupuk diturunkan, sehingga biaya produksi yang dikeluarkan petani dapat berkurang dari selama ini. “Sekarang harga gabah dan jagung naik Rp 500/kg, tapo harga pupuk naik Rp 1.000/kg, tidak ada artinya dan justeru kenaikan harga gabah dan jangung ini merugikan petani,” ujarnya.
Ia berharap selain harga gabah dan jagung dinaikan diikuti penurunan harga pupuk. Bahkan, petani dipermudah untuk mendapatkan pupuk subdisi melalui kelompok tani. Dengan demikian, tanaman padi dan jagung petani dapat diberikan pupuk sesuai kebutuhan.
“Terus terang kalau tanaman padi dan jagung dipupuk sesuai kebutuhan, maka dipastikan hasil panen akan meningkat tajam. Bahkan, produksi padi bisa mencapai 5-6 ton gabah kering panen (GKP)/hektare dan jagung bisa mencapai 8-12 ton per hektare,” ujarnya.
Karena itu, petani di Bengkulu berharap agar pemerintah memberikan kemudahan untuk mendapatkan pupuk subsidi, sehingga kebutuhan pupuk petani pada saat musim panen dapat terpenuhi dengan baik.
Selain itu, petani juga berharap harga pupuk non subsidi tidak terus bergerak naik, seperti terjadi selama ini hampir sebulan harga bergerak naik. Akibatnya, petani kesulitan membeli pupuk sesuai kebutuhan, karena uang tidak cukup.
Akibatnya, petani melakukan pemupukan tanaman padi dan jangung miliknya tidak dapat dilakukan secara maksimal. Hal ini berdampak pada hasil panen tidak sesuai harapan, tambah petani.
Wakil Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) sekaligus petani di Kelurahan Dusun Besar, Kecamatan Singaran Pati, Kota Bengkulu, Buyung Mustofa menyambut baik kenaikan harga gabah dan jagung masing-masing sebesar Rp 500/kg.
Namun, kenaikan gabah naik sebesar Rp 500/kg,katanya belum sepenuhnya meringankan beban petani. Alasanya, harga pupuk dewasa ini sangat mahal, sehingga petani kesulitan membeli pupuk sesuai kebutuhan.
“Jadi, kenaikan harga gabah dan jagung Rp 500/kg belum mengurangi beban tinggi biaya produksi petani. Alasanya, biaya operasional pertanian seperti pupuk, pestisida, dan alat berat masih menjadi tantangan besar bagi petani,” ujarnya.
Ia mengatakan, harga gabah dan jagung saat ini, sangat tidak seimbang dengan harga saprodi, seperti pupuk, pestisida dan biaya operasional alat berat yang digunakan menggarap sawah. Akibatnya, pendapatan petani hasil panen tidak seimbang.
Meski demikian, Mustopa mengapresiasi keputusan pemerintah mengambil langkah tersebut dan berharap harga jual gabah bisa lebih tinggi dan memberi keuntungan bagi petani kedepan.
Terkait program petani milenial yang direncanakan pemerintah, Mustofa sangat mendukung penuh ide tersebut. Program ini diharapkan dapat menarik minat generasi muda untuk terjun ke sektor pertanian dengan memberikan gaji hingga Rp10 juta. Namun, ia menegaskan bahwa program ini harus segera direalisasikan.
“Saya setuju jika anak-anak muda ini diberikan peluang untuk mandiri dan tidak terpaku pada pekerjaan sebagai PNS. Tapi buktikan dulu ada realisasinya. Jangan hanya jadi wacana,” katanya.
Reporter : Eka Agustin
Editor : Usmin