Butuh Perjuangan Bersama Selamatkan Harimau Sumatera dari Ancaman Kepuhanan

oleh -37 Dilihat
Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah, Kepala Balai TNKS, Haidir dan anggota Global Triger Day saat berdiskusi penyelamatan Harimau Sunatera dari ancaman kepunahan di Desa Pal Delapan, Rejang Lebong pada Kamis 25 Juli 2024.(Foto : Humas Pemprov Bengkulu)
Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah, Kepala Balai TNKS, Haidir dan anggota Global Triger Day saat berdiskusi penyelamatan Harimau Sunatera dari ancaman kepunahan di Desa Pal Delapan, Rejang Lebong pada Kamis 25 Juli 2024.(Foto : Humas Pemprov Bengkulu)

Bengkulu- Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah mengatakan, untuk menyelamatkan Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dari ancaman kepuhanan wilayah provinsi ini dibutuhkan perjuangan bersama dan kerja keras.

Hal tersebut disampaikan Gubernur Rohidin dalam diskusi yang dihadiri Kepala Balai TNKS, Haidir, dan para peserta Global Tiger Day 2024, di Desa Pal Delapan, Kamis (25/7/2024).

Ia mengatakan, kelestarian kawasan hutan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) harus dijaga untuk memastikan perlindungan terhadap hewan-hewan yang hidup di dalamnya agar terhindar dari kepunahan.

“Kelestarian kawasan hutan TNKS ini merupakan tanggung jawab bersama, termasuk menjaga hewan-hewan yang dilindungi di dalam kawasan hutan tersebut,” ujar Rohidin.

Sementara itu, Kepala Balai Besar TNKS, Haidir menambahkan saat ini terdapat sekitar 150 ekor harimau yang masih tinggal di kawasan hutan TNKS. Namun, populasi harimau tersebut terancam oleh perburuan liar dan perambahan hutan secara ilegal yang dijadikan lahan perkebunan.   “Perburuan liar dan perambahan hutan secara ilegal merupakan ancaman serius bagi kelangsungan hidup harimau Sumatera yang ada di kawasan TNKS,” jelas Haidir.

Hal senada diungkapkan Mawi, anggota tim Smart Patrol dari Lingkar Inisiatif yang berpatroli di hutan Taman Nasional Kerinci Seblat di Kabupaten Musi Rawas Utara, Provinsi Sumatera Selatan. Ia mengatakan. perburuan liar telah mengalami penurunan dan tidak semasif dulu.

Hal ini terjadi karena alih fungsi habitat satwa menjadi lahan perkebunan. “Perburuan harimau telah berkurang, bahkan hampir tidak ada lagi, karena banyak kawasan hutan yang telah beralih fungsi,” ujar ujar Mawi.

Mawi, yang kini berusia 74 tahun mengaku, selama ini biasa keluar masuk hutan untuk memburu harimau. Namun, kini ia membantu tim patroli mencari perangkap harimau di Taman Nasional Kerinci Seblat Wilayah III Sumatera Selatan-Bengkulu.

“Dulu saya terpaksa berburu harimau karena tidak memiliki ladang, kebun, atau pekerjaan tetap untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang tinggal di Dusun KMPI, Desa Muara Tiku, Kabupaten Musi Rawas Utara,” ungkapnya.

Namun, sekarang dirinya justru memburu para pelaku yang memburu harimau dan bekerja sama dengan tim patroli mencari perangkap di kawasan TNKS wilayah III Sumatera Selatan dan Bengkulu,” demikian Mawi.

Reporter      :     Eka Agustin

Editor           :    M Rareza Rebi Aldo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.